Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Rabu, 03 Agustus 2011

edisi mengenang..

Hari ini ingin mengenang saat itu seutuhnya. Dari kemarin-kemarin takut sekali untuk mengenangnya, takut mengakui kangen sekali, takut untuk mengakui yang ada dihatiku.

Kali ini, ijinkan aku mengenang apa yang pernah terjadi diantara kami.

Dia, sebut saja namanya dia. Sampai detik ini aku masih takut menyebut namanya :)

Hah, bingung harus memulai dari mana. Begitu lama kami bersama. Melewati semuanya bersama.

Sempat beberapa lama aku dan dia saling lupa. Lalu dia datang dengan sebuah email yang aku tidak balas sampai detik ini. Sampai kami bersama lagi dan kemudian memutuskan untuk berpisah, aku tidak membalas email itu. Namun, itu tersimpan rapi di emailku :) tidak akan aku hapus walau tahunnya sudah usang. Walau sudah tertutupi dengan email lainnya, walau berada ditempat terbawah saking lamanya.

Aku sangat ingat saat pertama kali aku tau dia. Disebuah rapat perkumpulan yang aku ikuti semasa kuliah tingkat pertama. Dia duduk diam, menunduk, sesekali mengenadahkan kepala dan tersenyum mendengar cerita teman-teman. Dia seperti berada didunianya sendiri, kontras dengan keadaan saat itu yang ramai.

Aku sudah lupa agenda meeting itu. Sumpah! Tapi aku tidak bisa lupa saat dia mengenadah melihat kearahku yang tergopoh-gopoh masuk ruangan karena sudah terlambat. Dia hanya sekilas melihat, lalu sibuk lagi dengan dunianya. Kami sempat bertatap mata, tapi seperti yang diakuinya, dia sudah lupa moment itu. Benar-benar ngegemesin.

Aku suka cowok tenang, cerdas, cowok yang tidak banyak omong. Aku suka pada dia yang seolah tidak terpengaruh pada apapun. Seolah-olah anak autis. Dia melakukan apa yang disukainya. Kalau orang melihat, orang akan percaya kalau dia sedang menyimak, sedang serius. Tetapi hanya aku yang tahu, dia tidak. Entah kenapa aku merasa pikirannya berada didunia entah berantah. Dia tidak menyatu pada lingkungan itu.

Lalu semuanya berjalan biasa saja. Aku melupakan dia yang membuatku terpesona, yang membuatku tidak mendengar apa yang dibicarakan sekelilingku.

Aku menikmati hidupku, dan dia juga. Kami masing-masing menikmati hidup yang kami jalani dengan cara kami sendiri, cara yang berlawanan.

Lalu kami bertemu kembali saat perkumpulan itu menyatukan kami.

Aku jadi ketua seksi "a" dan dia menemani aku menyiapkan segalanya. Disitulah perhatianku sepenuhnya tertuju padanya! Aku berani bertaruh, disitulah aku mulai menyukai dia.

Sms pertama dimulai dariku yang menanyakan persiapan serta schedule a,b,c. Sms kencan dimulai dari dia yang mengajak aku nonton film.

Film pertama kami, film romantis. Dia tidak terlalu menyukainya. Haha. Lalu aku berjanji, ini harus impas. Kami akan ada acara nonton bersama lagi, dan dia bebas memilih. Apa yang dia pilih? Film horor.

Kemudian kami melanjutkannya dengan menikmati film drama, lalu horor lagi. Lalu drama lagi, lalu horor. Begitu seterusnya.

Sampai suatu ketika, kami nonton sebuah film dan handphoneku berbunyi. Ada sms masuk. Aku membukanya tanpa curiga. Sebenarnya aku kesal, kenapa aku lupa mematikan handphoneku saat itu, paling tidak menonaktifkan getar-nya. Aku benci jika acara nontonku diinterupsi, apalagi saat aku harus bersamanya!

"Aku sayang kamu"
Begitu bunyi sms itu. Siapa pengirimnya? Ya, laki-laki disampingku. Mendadak aku melihat dia, tidak yakin yang dia lakukan. Ya, tadi memang dia sempat megang hape, ya tadi aku sempat kesal sama dia yang berani-beraninya asik lihat handphonenya sementara ada aku disampingnya.

Aku melihatnya lagi, seolah tidak yakin. Aku menatapnya dengan wajah kaget, tanpa mengeluarkan satu kalimatpun. Sumpah, aku kaget.

Dia hanya terpaku menatap layar didepan. Dia tidak melihatku. Dia terlihat dingin dan raut wajahnya tak terbaca. Aku kemudian tersenyum, meletakkan handphone itu kedalam tas. Aku tidak membalasnya. Sampai selesai film itu, aku tidak membalasnya. Sampai dia mengantar aku pulang, aku tidak membalasnya.

Lalu didepan rumah itulah aku menjawab aku juga menyayangi dia.

Disitulah segalanya dimulai.

Kami manusia yang punya beribu perbedaan. Sedikit sekali persamaan yang kami miliki. Dia kaku dan dingin, aku romantis, aku terbuka, dia tertutup, aku grasak-grusuk, dia telaten, pelan-pelan dan penuh pertimbangan, dan masih banyak lagi perbedaan. Perbedaan-perbedaan itu yang membuat jarak diantara kami terbentang luas. Banyak orang bilang, perbedaan itu baik, perbedaan yang buat indah. Aku hanya akan menjawab : "tapiiii ga sebanyak itu jugaaa kaleee.. "

Kami mengawali kencan pertama kami sebagai sepasang kekasih dengan mendengar lagunya tompi - selalu denganmu. Lagu itu dinyanyikan oleh band di acara kampusnya yang kami datangi. Lalu, kami mengakhiri hubungan kami dengan lagu itu juga. Saat aku bilang putus, kami sedang berada disuatu tempat, entah ini kebetulan atau tidak, ada live music yang membawakan lagu itu!

Sempat aku membenci lagu itu. Sempat benci tompi, sempat mual dan menutup kuping saat lagu itu dinyanyikan di mall, di radio, di rumah, dimanapun aku mendengarnya!

Kemudian waktu berjalan dengan cepat.
Aku kembali lagi asik dengan duniaku, begitu juga dia. Kami masing-masing asik dengan berbagai peristiwa yang kami jalani dengan teman kami, masing-masing. Lama sekali kami tidak berhubungan.

Tanpa aku duga, datanglah email itu. Email yang "dia banget". Tanpa kalimat berbunga-bunga, dengan penjelasan umum kekhusus, tanpa ada pembuka panjang lebar. Langsung kepokok permasalahan. Dimana suatu hari dia membuka sebuah kotak dan menemukan berbagai barang pemberianku, lalu terteralah emailku. Well, syukur banget gue ga ganti tuh email yah :p

Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tidak membalasnya, hingga detik ini, aku tidak membalasnya :)

Kemudian, waktu yang memisahkan kami itulah yang kemudian mempertemukan kami lagi.

Panjang bgt sebenarnya. Singkatnya, seolah sudah dirancang, kami bertemu lagi. Menjadi teman cerita, berbagi banyak pembicaraan.

Kami memutuskan lebih baik bersama. Kami menjalaninya, mencoba dewasa. Aku gagal berkali-kali, dia juga sama. Tetapi kami tidak menyerah. Ada ingin itu sudah cukup.

Kami kemudian mulai serius.
Kami sudah merancang berbagai masa depan yang sekarang selalu aku kenang.

Aku suka anjing, dia juga. Kami mencintai anjing. Kalau aku sedih, dia akan mms-in foto anjing-anjingnya, dengan begitu aku akan tersenyum lebar dan kembali tertawa. Sampai sekarang, foto anjing-anjing itu masih setia nongkrong di background lepti dan hapeku. Masih tidak terganti.

Kami sudah menyusun rencana. Seperti beberapa rencana, bisa saja berjalan mulus, bisa juga gagal.

Dia mau kerja disini, dikotaku ini. Biar kami dekat, biar aku dapat menjaganya. Biar dia dapat menemani aku.

Kami berandai-andai.
Kalau nanti menikah, kami akan punya rumah yang kecil dengan halaman super luas. Nanti akan ada kamar dihalaman itu untuk anjing-anjing yang kami miliki.

aku hanya mau dua orang anak, dan dia tiga bahkan empat. Aku mau cowok dan cewek, kalau dia pasrah dengan yang diberi.

Aku mau menikah diumur 30 tahun. Dia juga. Kenapa kami memilih diumur segitu? Kalau aku, alasanku adalah aku merasa umur segitu sudah cukup bagiku meniti karir, tinggal menjalani yang sudah ada saja. Tinggal meraih yang sudah dibangun. Untuk sakit-sakitnya dan perjuangannya, aku akan habis-habisan diumurku yg belum genap 30tahun.

Terkadang kami memikirkan tidak punya anak juga tidak apa-apa ( oh Tuhan, jangan dengar ini ). Karena kami bisa terus "berpacaran". Biar selalu muda. Hahaha, impian anak muda memang aneh.

Kami masih punya banyak impian lain. Tetapi itu masih sakit untuk kubeberkan sekarang :)

Ah, aku suka keluarganya :)
Aku suka caranya berbicara dengan papanya. Aku suka suara tawa mamanya yang renyah. Aku suka kakaknya yang selalu tersenyum manis. Aku suka adeknya yang ramah dan bisa diajak bertukar pikiran. Aku suka keluarganya yang menyenangkan. Hei, siapa yang bisa sabar menanti hidup ditengah-tengah keluarga yang menyenangkan? Persis seperti keluargaku. :)

Aku suka teman-temannya. Aku suka kalau mereka saling mengejek. Saling menggoda. Aku suka kesetiakawanan mereka. Dia benar-benar pintar memilih teman. Seperti aku mendapatkan teman-temanku. Kami memang beruntung dibagian ini :)

Aku suka hidupnya. Aku suka cara dia mengambil bagian dihidupku. Aku suka semuanya.

Lalu sampailah kami dibagian akhir cerita.
Aku punya dunia baru, dia juga.
Aku belum mampu menghadapi tekanan yang terlampau besar. Aku menjadi seorang manusia egois yang hanya ingin didengar dan dimengerti.
Dengar aku yang lelah.
Mengertilah aku kalau aku marah.
Dengar keluh kesahku.
Mengertilah dengan tekananku.
Dengar aku saat aku putus asa.
Mengertilah aku jika aku egois.

Aku salah.
Mungkin beberapa lama dia bisa mendengar dan mengerti. Tetapi sampai kapan?!

Dan saat ini, saat kalimat-kalimat dia terakhir membuat aku ingin berubah, dia berlalu.

Saat tekanan yang ada padaku tidak begitu besar lagi, dia pergi.

Dia memutuskan semuanya tanpa mengingatkanku. Tanpa persiapan, tanpa peringatan. Dia mengambil keputusan yang tidak dapat aku ubah lagi.

Aku bersedih. Aku tau dia tidak dapat kembali. Aku tau ini akhir cerita kami.

Mungkin tidak ada sekuel lanjutan seperti harry potter, tidak ada cerita berjilid seperti pemerintahan RI ini, tidak ada lagi cerita bersambung seperti cinta fitri.

Ini tamat seperti filmnya notebook. Seperti pemerintahan Gus Dur, seperti sinetron yang selalu dimainkan agnes monika.

Ceritanya tamat disini. Tidak ada tayangan ulang.

Dia dan aku akan kembali menikmati hari kami masing-masing. Dengan kehidupan kami yang lain, dengan teman-teman kami, masing-masing.

Sekian cerita dari saya, pembaca.
Ini ceritaku, apa ceritamu?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar