Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Rabu, 30 November 2011

Altar...

Dari sebuah acara pernikahan, yang paling aku sukai adalah adegan saat dua manusia berada di altar.

Aku paling suka melihat orang yang dimabuk kepayang mengucap janji didepan altar....

Entah bagaimana caranya, raut wajah mereka akan berubah lucu. Ada yang tegang, ada yang seperti mau marah saking groginya, ada yang malu-malu kucing, dan ada juga yang mukanya memerah menahan tangis, tentu saja itu tangis bahagia.

Persamaan dari semua itu, perhatikan cara mereka memandang pasangannya. Walau semua berbeda cara, tetap saja ada cinta dimata itu.

Saat didepan altar, saat kamu mengucap janji, itulah kasih mula-mulamu pada pasangan. Itulah kali pertama kamu berjanji didepan Tuhan secara terang-terangan. Janji itu akan dimaterai dengan kata : "amen"

Bagian favoritku adalah saat kakak pertamaku mengucap janji didepan altar.

Jauh sebelum hari H, dia dengan percaya dirinya mengatakan bahwa dia sudah hapal luar kepala sebait kalimat janji setia itu. Dan siapa yang jadi bahan ejekan? Abang iparku. Saat belajar saja dia sudah grogi mati-matian. Kalimat pendek, yang jika diucapkan oleh aku atau kamu akan begitu mudah diingat, seolah susaaah sekali dihapal. Sedang kakakku? Ahha, dia penghapal yang hebat. Dua, tiga kali mencoba dia sudah lancar mengucapkannya.

Lalu tibalah saat itu, saat dimana mereka berdiri didepan altar dan sekeliling tampak hening. Abang iparku memulai dengan lancar. Aku menarik napas lega. Oke, yang kukhawatirkan berakhir. Tinggal kakakku, aku tak perlu cemas.

Tanpa dinyana, dengan senyum malu-malu, kakakku bersuara namun grogi. Tampak jelas bahwa semua yang dihapalnya lenyap seketika. Itu lucu, itu mengharukan.

Seketika aku seperti melihat anak perempuan mungil, polos, tanpa dosa, mengucap janji yang dari hatinya. Begitu romantis. Sikap grogianya bukan menunjukkan dia tidak yakin, tetapi malah aku melihat dia begitu mencintai.

Aku seperti terbawa hanyut kedalamnya. Kesepersekian detik pengalaman itu, aku mengguman, ya, aku percaya, ada cinta sejati yang Tuhan ciptakan. Itu bukan isapan jempol.

Ya, semua memang bisa berubah didepan altar. Yang tadinya percaya diri, bisa begitu grogi. Yang tadinya malu-malu, bisa begitu menyakinkan. Itu unik. Aku menyukainya.

Aku suka dengan senyum lega dua mempelai saat pendeta mentabiskan pernikahan mereka, bahwa dengan nama Tuhan, mereka bukan lagi dua melainkan satu. Aku suka cara Tuhan mempersiapkan senyum tersipu penuh cinta dikedua bibir pasangan.

Dan, selain bagian mengucap janji, aku suka saat pendeta memperbolehkan kedua mempelai berciuman. Bukan ciuman nafsu, tetapi ciuman "akhirnya, kamu milik aku".

Aku selalu suka cuplikan adegan diatas altar.
Aku suka senyum malu-malu dari kedua mempelai saat mereka bertatapan.
Aku suka melihat bagaimana mempelai pria begitu tegangnya dan bermuka serius tanpa senyum, sementara mempelai perempuan tersenyum simpul seolah menutupi keinginannya untuk lompat kepelukan pasangannya.

Aku suka cara tiap pasangan memasangkan cincin dijari manis lawannya.

Aku suka melihat tarikan napas lega setelah semua berakhir.

Aku suka pandangan percaya diri dari mereka saat meninggalkan altar.

Ah Tuhan, aku begitu terkesan dengan bagaimana Engkau menciptakan berbagai adegan yang begitu sempurna disebuah altar.

Aku berharap suatu saat nanti akulah yang menjadi pemeran utama di adegan altar itu. Tentu saja disamping pasanganku yang tersenyum grogi saat memandangku. Disamping laki-laki yang aku mau hidup selamanya bersamaku, dalam keadaan apapun. Saat senang, saat sedih, saat kaya, saat miskin, saat sakit, saat sehat, sampai maut memisahkan. Kami bukan lagi dua, melainkan satu.
(‾ʃƪ‾)