Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Kamis, 28 Juli 2011

kangen :)

Ah, entah kenapa malam ini berlalu sangat lambat *lebay*

Tadi, dua jam-an lalu aku bbm-an ama bunga. Aku ngadu soal mp3 ku yang berulah, rusak. :( aku bisa hidup tanpa itu, tetapi pasti akan sangat susah. Seolah-olah sebagian nyawaku direngut paksa *lebay part two*

Eh, sampailah aku pada kenyataan buruk. Dimana aku sangat merindukan seseorang. Lalu mulailah aku mengadu lagi ke mas bunga.

Dan dengan kalimat pendek mas bunga hanya menyarankanku menulis di blog ini.

Aku ga tau, apa gunanya menulis ini. Toh dia juga ga akan baca, toh kangennya ga akan tersalurkan, toh mp3ku tetap saja rusak!

Tapi, entah bodoh atau tidak, aku mengikuti saran itu. Jadilah aku menulis disini.

Aku menulis sekalian balas bbm, sekalian buka twitter, sekalian buka email, sekalian nyari baju untuk besok.

Ngomong-ngomong soal twitter, dari sore, terhitung jam 5-an, aku sudah mulai login, tetapi baru bisa bukanya sekarang. Kenapa? Karena provider saya lagi banci banget. Sms failed, telp putus-putus, email nyampenya lama, bbm pending, fb ga jalan, dan twitter? Notifnya bilang gue lost connection. ( Hiks, the fact is i'm just lost my relationship, mister ¬_¬ not the connection. Thank you Indos*t)

Setelah itu ditutup dengan mp3 yang minta di format, setelah diformat malah dia bilang ga bisa terformat. Padahal dia sudah menghapus lagu-lagu yang gue download susah payah tanpa sempat di back up. Mana saat download ulang, gue harus merelakan kereta yang jam 7pm berangkat, alhasil harus nunggu jam 8 itupun harus naik kereta lain yang ke tanah abang, baru disanalah kereta jam 8pm itu berada ¬_¬

Oh yah, setelah itu gue nemu flashdisk jaman nenekmoyang gue. Pas gue buka, tadaaa, isinya virus semua. Jadilah laptop saya melihara beberapa ( ribuan ) virus lagi..

Sial? Aku mengatakan hidup ku sial hari ini? No comment.

Eh, sampai dimana tadi kita? Gue kan lagi cerita soal kangen yah, kenapa bisa nyampe ke derita hidup berkepanjangan ini sih!! ‎​‎​​ƪ(‾ε‾“)ʃ

Nah jadi aku tadi kangen, dan aku harus jujur, setelah menulis berbagai kalimat ini, kangennya sedikit berkurang :) ga jadi deh melakukan hal bodoh :p

Óke, sampai disini dulu cerita kangen gue.

Ga penting? Biarin weeek, yang penting nulis.
Tidak berharap yang dikangenin baca dan nyadar :D

Udah yah, aku mau tidur, besok ada tugas penting dan harus segera posting ini cerita sebelum provider ini berulah lagi ‎​​ƪ(‾.‾“)

Sabtu, 23 Juli 2011

Bersyukurlah setelah mengeluh

Ah, baru saja mendengar tentang Amy winehouse meninggal. Katanya overdosis or something. I don’t know the fact but I’m sad to hear that. – Kalo semisalnya berita itu Cuma hoax belaka, I’m so sorry -
Oke, oke, gue ga kenal dia, dia ga pernah berhubungan dengan gue. Gue Cuma tahu dia, dan dia? Umm, bisa dipastikan 99% tidak mengenalku. Terima kasih.

Lalu kenapa aku sedih? Tiba-tiba terngiang diotakku perkataan seorang dosen yang mengatakan “beberapa berita menarik perhatian jika satu, kejadian berita tersebut dekat dengan kehidupan kita misalnya gempa di Sulawesi tentu lebih menggugah hati kita di Indonesia daripada jika kejadiannya di luar negeri sana. Kedua, jika dia orang yang terkenal, ketiga bla, bla, bla”

Ya, dia terkenal. Aku tahu siapa dia dan aku jadi merasa agak sedikit sedih. Sebenarnya harus aku akui, aku juga udah lupa-lupa banget tampang dia seperti apa. Yang aku tau dia agak nyentrik dan punya rambut hitam, matanya tajam, aku suka perpaduan mata, rambut dan kulitnya. Oh, sorry kalau aku salah orang L

Aku lalu berpikir sambil mandi – oke, sekarang gue udah tau kenapa gue bisa kena flu berat, ternyata aku kurang menyayangi tubuhku dengan mandi jam 1 pagi..ehem ehm, back to the topic, please miss Astrid- aku merasa hidup seseorang dapat berubah seketika. Kita tidak tahu kapan kita mati, apa kita masih bisa berharap bernapas besok, apa kita baik-baik saja, apa yang akan terjadi esok dan esoknya lagi.

Oke, oke, kita semua sudah tau kenyataan itu. Kita semua selalu – paling tidak sekali seumur hidupmu – dihadapkan pada pemikiran, esok adalah misteri dan kita hanya bisa berharap pada Tuhan atau siapapun atau apapun yang engkau percayai. Lalu kita juga selalu – hampir setiap hari – dihadapkan pada kenyataan dimana kita harus bersyukur. Hei, kamu masih bisa membaca tulisan ini, berarti masih ada yang bisa kamu syukuri bukan?!

Aku, kamu, mereka, semua orang tahu mengatakan “ aku bersyukur “, “ terima kasih, Tuhan “ , “ ah, hidup itu indah “ , paling tidak selama hidup kita, sekilas saja, kita pernah mengatakan terima kasih kepada siapa atau apapun yang kita percayai berkuasa pada hidup kita, walau itu dalam hati, walau itu singkat dan mungkin sudah kamu lupakan. Jadi, kenapa harus mengeluh? Kenapa kita – aku, kamu, dia, mereka – selalu saja bertanya : “kenapa, Tuhan ( atau siapapun atau apapun yang kau percayai menguasai hidupmu )?

Jadi siapa yang tidak pernah mengeluh dalam hidupnya?
Aku sebagai sukarelawan akan unjuk tangan bahwa aku makhluk pengeluh nomor yahud. Rambutku rusak karena sudah tidak punya waktu merawatnya akibat sibuk dikantor, aku mengeluh. Aku belum dapat kerjaan padahal baru lulus satu minggu, aku mengeluh. Aku dapat kerjaan dan tidak melakukan apapun, aku mengeluh. Aku punya kerjaan dengan setumpuk tugas didepan mata, aku mengeluh. Aku dapat waktu istirahat penuh, aku mengeluh. Aha, aku punya pacar yang baik pun aku masih saja sering mengeluh.

Banyak mengeluh? Jangan kamu kira kamu tidak melakukannya. Dengan berkata “siaaaal, kerjaan gue banyak banget. Gue ga ada waktu tidur neh” itu sudah mengeluh *tawa iblis* Dengan berkata “gila, kerja begini harusnya dapat gaji gede neh” tentong, kamu sudah mengeluh *nari-nari* Dan bagaimana kalau pacarmu lelet? “ ih, punya pacar atau ga punya pacar sama aja!” itu juga mengeluh, kawan…

Sudah, sudah, ga usah memperdebatkan aku. Pandanganku tentang mengeluh adalah “apa yang tidak kau syukuri dan kamu protes, itu mengeluh” Terlalu luas? Terlalu abstrak? Hahahahhaa, santaaai.. aku tidak bilang mengeluh itu tidak boleh… yang aku sesali adalah aku mengeluh namun tidak melakukan perbaikan. Aku mengeluh namun tidak bertindak. Keluhanku lebih banyak dari rasa syukurku. Inilah yang aku tidak sukai.. mengeluh sama besarnya dengan rasa syukur, malah sering kali derajatnya lebih tinggi dari rasa bersyukur J

Lalu apa aku sudah dapat mengendalikannya? Huaaaa, sama sekali tidak *suara keluhan keras* hikshiks..
Aku akan cerita sedikit saja pengalamanku tadi, aku makan malam sama kakak, kakak ipar, dan sahabatku. Berhubung aku lagi masa penyembuhan, kakakku berniat memanjakanku seratus persen. Jadilah kami makan di restoran kesukaanku. Akibat flu yang mengganggu itu tidak berhenti sejenak selama aku makan, rasa makanannya tidak ada, ga nikmat lagi deh. Disanalah aku mengeluh. Aku kenyang sekenyang-kenyangnya. Aku puas udah makan menu kesukaanku yang kuidamkan dari pagi, pake harga gratis lagi.

Setelah makan, aku dan sahabat ku berpisah dengan kakak dan kakak iparku. Aku dan sahabatku berniat memutari sedikit jalan dengan motor. Di perjalanan pulang aku masih bisa berkata “ ih kesel banget deh, kenyang sih kenyang, tapi makanannya ga berasa. Keseeel”

Dan saat mengatakan itu, kami melewati seorang anak penjual cobek di pinggir jalan. Dia duduk dengan tangan melipat dan kepala diletakkan diantara lipatan itu, seperti kedinginan dan kelaparan. Aku tahu dia sedang menunggu jemputan, aku pernah baca cerita tentang anak-anak penjual cobek disebuah majalah. Mereka diantar pagi dan dijemput malam hari. Mereka juga punya target dalam penjualan, yang pastinya target itu sangat tidak mudah mengingat orang sudah beralih ke blender.

Oh Tuhan, langsung saja kutelan ludahku dan menyesali perkataan yang kuucapkan. Aku langsung meminta sahabatku menengoknya dan memberi bekal makan kepadanya. Bukan aku yang memberi. Kenapa? Karena nanti aku akan menangis. Aku benar-benar menyesal dan memalukan kalau aku menangis dihadapan anak itu. Gue ga maulah dia shock melihat seorang cewek nangis dihadapannya dengan ingus meler dan sesegukan sambil bertanya “hiks, dek, hiks, kamu, hiks, udah, hiikshiks, makan gaa..huaahuhuhuuhu,,, ini huhuhu makaaan hikshuhuhu yah” yang ada itu anak bakal teriak dan berpikir gue alien dari negeri entah berantah yang kehilangan arah -,-
Sooo, apa hubungannya dengan kematian Amy Winehouse, keluhan dan rasa bersyukur serta anak penjual cobek itu?


“ kematian bisa datang kapan saja, tanpa kamu ketahui dan duga, mengeluh boleh saja namun bertindaklah, keluar dari kalimat-kalimat keluhanmu, kemudian bersyukurlah. Selalu bersyukur untuk kejadian sekecil apapun, kalau kamu merasa kamu adalah orang paling menderita didunia ini, itu sah-sah saja, namun ingatlah si anak penjual cobek yang kedinginan dan kelaparan. “


Mari belajar bersama, kita mendapat pengalaman, dan belajar dari pengalaman itu. Tidak ada yang munafik, semua jatuh dan belajar, walau fase itu harus terus diulang, walau nanti aku, kamu, dia, maupun mereka mengeluh, belajarlah kembali bersyukur. Kita harus selalu belajar dan tidak ada kata terlambat untuk selalu beryukur, even sebelumnya kita mengeluh J

Aku tau, mungkin suatu hari bisa saja aku kemakan kata-kataku ini. Aku tau betapa susahnya menjalani ini semua. Namun, tidak ada salahnya kan menyampaikan apa yang aku rasa hari ini? *pembelaan diri*
Santai kawan, kita sama.. semua manusia sama, selalu belajar, sering kali gagal, namun ada saatnya punya semangat untuk memperbaikinya.


Selamat belajar kawan-kawan. Terutama aku :p


Selamat tidur.


Terima kasih Tuhan aku masih punya kesempatan untuk menulis dan tertidur lelap nanti. Semoga aku akan bangun dengan segar, tidak lagi sakit, dan menemukan semua semakin indah…

Rabu, 20 Juli 2011

abaikan, skip ke blog yang lain, please T.T

Udah lama banget pengen nulis cerita ini, tapi yah itu susah cari waktunya *sok sibuk*
Ceritanya agak menjijikan dan beraroma sinetron sebenarnya x_x

Mungkin postingan ini akan segera gue sesali dan hapus dari peredaran :p
Nikmati saja sekarang, kalo lo bingung sama jalan ceritanya, sudahi dan abaikan. Untuk cerita kali ini, gue ga berharap dibaca :D

Jadi, hari senin kemarin, gue pulangnya naik krl, berhubung udah mau jam 7 pm dan itu jadwal krl terakhir yang cepat ( setelah itu jam 9 pm), maka gue lari-lari ke stasiun dan dengan beruntungnya bisa naik tuh kereta.

Seperti yang udah gue duga, gue pasti berdiri. Awalnya merasa sangat tidak beruntung. Mana lagi laper, sedih, capek, eh berdiri lagi -,-

Nah, suasana hati gue itu suram banget cuy.

Rasanya tuh kayak lo udah sayang sama seseorang, alalu lo dan dia sadar kalian tidak bersama, lalu secara “sok dewasa” memutuskan untuk berpisah setelah beribu hari yang dilalui dengan keadaan tanpa arah. Keadaan sebenarnya? Yah, yang dirasa itu :p

Gue itu, dari pagi kerja ga bener, berasa otak ditinggal di rumah. Bos suruh apa, gue ngelakuinnya salah. Gue ngerjain apa, hasilnya pasti ga bener. Penyebabnya yah itu tadi, cerita yang akhirnya harus berakhir setelah sekian lama penuh ketidakpastian dan aaah sudahlah, gue ga berminat cerita itu :D.

Singkat cerita, naiklah gue di kereta dengan hati kosong, tatapan hampa sambil denger lagunya my chemical romance yang I don’t love you. Saking semangatnya, gue sambil gerakin tuh bibir ngikutin liriknya, ga tau deh pake suara atau enggak :p

Berhubung tirai jendela krl dibuka, pantulan bayangan orang dari jendela itupun bisa terlihat, tertangkaplah pandanganku pada sebuah wajah manis pakai kacamata yang lagi mainin blackberrynya. Lalu dia, dengan tiba-tiba menatap ke jendela dan menangkap basah aku melihat dia. Gue tuh yah, jujur aja, ga bermaksud ngeliat dia, secara otak gue kemana, pandangan mata gue kemana, wajah ga senyum, muka letih, mata berkaca-kaca menghayati lagu, sehingga gue ga bisa dengan cepat memalingkan wajah. Sumpah, bukan ngeles!

Lalu berjalanlah kereta itu perlahan dan suka berhenti. Huft. Dikarenakan gue udah terlatih naik krl, gue ga pernah megang apa tuh namanya, yang ngegantung buat dipegang kayak tali itu ( ah payah banget sih gue ).
Kayaknya dia ngeliat gue “wah” banget. Dia yang sepertinya susah payah buat seimbang sehingga ga bisa lepas dua tangan gitu dan berdiri tegap dibandingkan dengan aku yang berdiri sambil asik denger lagu dan sesekali buka bb. Bau-baunya dia jarang naik krl.
Entah kenapa, kok makin lama, dia makin mendekat. Serius, gue analisa tuh. Tadinya dia berdiri didepan ibu-ibu yang duduk tertidur, sekarang kenapa berdirinya didekat cewek yang sedang buka bb, yang mendekat ke gue. Udah gitu kenapa gelisah banget nih anak. Sekali-kali natap ke jendela, lalu kearah gue, trus ngecek bb.
Gue akui gue geer ( biarin, napa ? weeeek ). Perhatian gue udah mulai kearah dia, lagu ga gue denger lagi, gue perhatiin jarak kami, terkadang karena keretanya kadang cepet kadang lama, lengan kami bergesekan ( see, sampai sedekat itu! ). Lalu berhentilah krl itu di sebuah stasiun yang ga usah gue sebut namanya, tiba-tiba gue ngerasa kaki gue ada yang ganjal. Haha, dia terlalu deket sampai kaki kami bersentuhan. Ga bo’ong gue ngerasa, karena u know kalo lo di krl, kaki lo itu harus lo lebarin biar seimbang, jadi kalo ada yang mempersempit gerak kaki lo, lo bakal nyadar, apalagi kalo lo sedang memperhatikan gerakan orang itu, pasti seluruh sinyal dalam tubuh lo bergerak aktif. Karena gue mau jual mahal, gue geserlah kaki gue menjauh. Gue pura-pura berwajah dingin tanpa senyum dan cuek. Mungkin karena itu, dia jadi agak menjauh.
Yang gue suka adalah saat dia menguap sambil menutup mulutnya dan berwajah bosan mengecek bbmnya ( oke, gue akui gue sempat menatap kearah layar bbnya).
Saat mau turun, gue taruhan lagi. Kalau dia menoleh pas gue turun, berarti dia sama seperti gue, saling memperhatikan. Pelan-pelan gue melangkahkan kaki turun. Setelah sampai diluar, gue menoleh dan sumpah, gue ga boong, dia menoleh juga. Tapi kami tidak saling memandang, karena ketutupan orang banyak. Gue mendongak dan berpaling dengan cepat sambil tersenyum penuh kemenangan.
Oke, cerita diatas agak menjijikkan? Iya. Terlalu ga bisa dimengerti? Iya. Susah boo jelasinnya. Gue juga ga tau bagaimana menjelaskan peristiwa 45 menit yang mendebarkan dan menjelaskannya kedalam tulisan, apalagi si penulis bukanlah orang yang pandai menyampaikan sesuatu secara kronologis.
Lagi yang lucu adalah dua hari ini gue berharap untuk bertemu dia. Oke, bukan Cuma berharap, tetapi berusaha.
Hari pertama :
Pas mau pulang, gue disibukkan pergi ke digital printing karena gue ada proyek museum founder kantor gue. Jam sudah menunjukkan angka 6, bersama supir kantor kami ngebut ke tempat itu dan gue udah merengek-rengek minta diturunin di suatu jalan biar gue naik bus ke stasiun. Si bapak supir tercinta sudah merayu biar gue ikut kekantor dan pulang diantar bareng anak-anak dari divisi production. Tapi gue kekeuh pengen naik krl. Sebenarnya pengen pulang lebih cepat juga, kalo naik mobil, pasti macet dan nyampe rumah kemalaman, tapi tetap saja, alasan utama adalah harapan untuk menjumpai makhluk itu.
Sama seperti hari senin, gue lari-lari kestasiun. Ini ga disengaja, emang jadwalnya aja yang udah mepet. Gue naik ke gerbon yang sama, berdiri di tempat yang juga sama ( lagi-lagi ini ga disengaja, emang ga ada tempat untuk duduk aja ). Menoleh kanan kiri, tidka menemukan penampakan itu. Agak sedih tapi masih berharap banget.
Krl pake acara berhenti, ada krl lain yang mogok sehingga krl yang gue naikin harus nunggu. Ga tanggung-tanggung, satu setengah jam! CATET!!! Huft, seandainya itu kemarin, aku pasti sangat bersyukur :’(

Hari kedua :
Udah mulai males tapi masih tetap berusaha mencoba. Tetap seperti hari kemarin, udah celingak – celinguk, itu muka ga Nampak juga. Hah, udah mulai hopeless, untungnya gue dapet tempat duduk kali ini sehingga ga terlalu kesel rasanya.
Yah, ngerti sih gue, mana mudah menemukan satu orang dikerumunan dan lo ga kenal itu manusia. Perbandingannya seperti 1 : 1.000.000, dengan catatan, dia naik krl setiap hari.
Hari ketiga ?
Ga tau, itu besok. Jangan suruh gue menganalisa, gue bukan paranormal. Yang pasti harapan mulai menurun, gue udah mulai bosen, dan wajah dia udah mulai pudar diingatan. Tapi gue suka rasa itu, kayak kembali ke jaman SMU, malu-malu dan penuh tanda Tanya. Hahahaha
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah gue?
“ jangan berharap ketemu orang yang sama di suatu tempat ramai, belum tentu ketemu kecuali lo jodoh dengannya.”
Hahahahah…
Disini saja cerita itu. Gue mau tidur. Besok rencananya ga pulang naik krl, jadi di pending dulu acara harap-harap cemas gue itu :p
Terima kasih Tuhan, gue masih bisa ngerasain rasa suka J

Jumat, 08 Juli 2011

Gue kangen pimi, tau ga sih! -,-

8 Juli 2011 Jam 10.55 pm.


Gue harus nulis secara detail tanggal dan jam ini karena pada saat itulah tulisan ini dibuat.

Bukan, bukan karena gue nulisnya udah berhari-hari, tapi gue lagi nulis ini di kertas!!! Nanti baru deh dipindahin ke lapti. *sebagai bukti, akan gue upload fotonya bersama postingan ini – semoga*
( Ummm... Ga bisa ternyata diupload.. Lemot. :p nanti deh gue edit lagi yah :D *itupun kalo sempat ( ˘͡ -˘͡) *


Apa sebab?


Lapti dipake kakak kedua T.T
Buat apa? Buat ciptakan virus plus antivirus terbaru? No…
Buat searching berita politik terhangat? Potong rambut gue kalo dia melakukannya!!!
Dia sedang nonton film korea! Film terbaru yang kabarnya lagi diputer di televisi Korea Selatan sana. Film yang berhasil di download karena kepingan cd or dvdnya belum dijual di Indonesia.


Sudah, jangan bahas dia lagi. Bakal ga selesai gue nulisnya.
Hiks, mana udah bertahun-tahun ga nulis pake pulpen sepanjang ini, tangan jadi capek, tulisan juga buruk banget T.T


Ggrrrrrrrrrr, udah, udah ga usah mengeluh, langsung aja pada topic pembicaraan.. ^0^


Jadi, judul pembicaraan kali ini : “aku kangen papi mamiku”


SERIUS!

Ga tau kenapa, hari ini tuh kangeeen banget.
Ngebayangin dulu nyamannya berada ditengah mereka.

Akh, pokoknya hari ini seratus juta miliar triliun double double kangen mereka!!!

Saat ingat mereka tadi, tiba-tiba air mata jatuh di pipi, pas banget lagi, di mp3ku terdengar suaranya si tante Celine Dion nyanyi lagu “dance with my father again”…

Bayangkan nih :

Seorang perempuan lemah, duduk sendirian dipojok stasiun, tak hiraukan keberadaan banyak orang, terpekur menatap lurus, kemudian menundukkan kepala, lalu menangis. Di tengah keramaian ia merasa sendiri, menyerah kepada kekuatan yang berusaha ia tampilkan selama ini, mengakhirinya dengan tangisan bagai anak kecil, menyerah kepada kesombongan akan pencitraan tangguh yang selama ini berusaha ia tampilkan (eeem, itu bukan gue, itu gue lagi imajinasi aja -,-)…


Yang nyatanya :

Seorang cewek, dibonceng seorang cowok yang cerewet minta ampun, ga nyadar si cewek sedang denger mp3, meresapi lagu yang membuatnya menitikkan air mata. Kemudian menangis tersedu-sedu membuat si cowok terheran-heran karena mengira cerita tentang laptopnya yang rusak saat dia sedang asik menulis email ke klien begitu menggugah hati si cewek. Si cowok meminta maaf terus menerus, merasa bersalah karena menceritakan kejadian yang tidak disangka begitu dapat mengharukan, sembari tetap mengemudikan motor. Si cewek tetap menangis, malah bertambah seru tangisannya karena bercampur ketakutan si cowok ga serius ngeliat ke depan dan setiap saat bisa saja terjadi kecelakaan. Pokoknya tangisan si cewek berakhir di posisi yang membingungkan, antara kangen orang tuanya atau ketakutan ga selamat sampai rumah, campur aduk deh.


Fuiiiih, kalo disinetronkan, angle inilah yang akan menguras air mata penontonnya B-)


Singkat cerita, sampailah gue eh si cewek, eh oh oke gue, di rumah. Lalu akibat kangen yang tak terbendung, segera gue berniat telpon mereka. Harap-harap cemas neh.. takutnya mereka udah tidur, malah ngeganggu kan L . Gue ga hubungi mami karena biasanya kalau udah mau tidur, hapenya juga ikutan tidur a.k.a shut down.


Lalu tibalah saya menelepon ke hape papi :


Tuuut ( bunyi pertama : deg-degan)
Tuuut (bunyi kedua : mulai santai)
Tuuut (bunyi ketiga : ibid)
Tuuut (bunyi keempat : “ wah papi pasti udah bobo yah?!”)
Tuuut (bunyi kelima : ibid)
Tuuut (bunyi keenam : “yes, diangkat)


Lalu beginilah cuplikan pembicaraan itu :

Papi: “ halo”
Gue : “aaa, papiiii”
Papi: “udah sampai rumah inang?”
Gue: “iya pi, baru sampai” terharu karena diperhatikan
Papi: “ oke, bagus,… ini mamimu”

Terdengar bunyi kresek kresek ribut

Gue: “eh pi,…. Kangeeen…”

Kayaknya kata kangen ga kedengeran karena bertepatan dengan perpindahan hape dari tangan papi ke mami.

Mami: “ halo nak, udah sampai?”
Gue: “iya mi, udah mamiii”
Mami: “oh, kalau gitu istirahat ya, jangan keramas malem-malem! Langsung tidur, oke?” cerocos mami tak berhenti
Gue : “ eh ah, iya mi… mi, aku kangen papi mami.”
Mami: “iya, mami juga kangen. “

Ini kayaknya gue mengendus gelagat kurang baik, kenapa mereka serasa pengen cepet-cepet menyelesaikan pembicaraan yah?!

Gue: “papi mami sehat-sehat aja kan?”
Mami: “sehat kok, tidur yah nak”

Karena sudah tidak tahan dengan rasa penasaran yang membuncah, akupun memberanikan diri bertanya

Gue: “mi, ada apa? Memangnya lagi ngapain? Kok kayaknya serius banget”
Mami: “ oh ga ada apa-apa kok. Mami sama papi lagi nonton, seru filmnya.”
Gue: “oh ya? Film apa?”
Mami: “korea. Hahaha”
Gue: *pingsan*

APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?! AAAAAAAAAAAAAAAAPPPPPPPPAAAAAAAAAA?

Mami: “oke deh nak, tidur yah. Papi mami lagi nonton. Baik-baik yah sayang”
Gue: *speechless*
Gue: “iya pimi, jangan tidur kemalaman yah”

Hiks, ada apa dengan korea ini, Tuhan!

Seketika hilang lah sudah gairah kangenku.. hilanglah sudah kesensitifanku.


Bagaimana mungkin orang tua ini tidak ikutan terharu saat si anak yang begitu susah dihubungi menyatakan rasa kangennya.
Bagaimana mungkin mereka tidak tergerak hatinya untuk terbang ke Jakarta saat si anak dengan suara yang sangat merindu menelepon sepulang kerja dengan keadaan lelah berkepanjangan.
Bagaimana mungkin mereka bisa tetap tenang saat gue nelepon dan memilih mengabaikanku hanya karena film korea tentang percintaan berlebihan diputar. Mengapa? Kenapa? Ada apa? Bagaimana?

Rasanya itu seperti nembak cowok, udah ditolak, eh saat itu juga si cowok kasi undangan nikahnya dengan orang lain.

Well, sebenarnya aku tidak begitu kaget (oke, diakui, menit-menit pertama kaget banget).
Mereka pribadi yang unik. Kadang aneh.

Gue ada sedikit cerita tentang kehidupan mereka beberapa bulan ini.

Pertama :


Kakakku menelepon papi dan mereka bercerita, di suatu minggu yang lalu, papi pergi sama mami nonton Balapan Liar.
Kaget? Sama -,-.
Tapi papi cerita dengan semangatnya, bilang kalau dia pakai sunglass dan topi, duduk dibangku motor sambil menikmati motor lain yang ngebut ga beraturan di depan mereka.
Kenapa naik motor? Karena biar bisa cepet lari kalau polisi datang!!!
Kalau mobil bakal ketangkep deh.
LOOORRRDDD!!!
Siapapun yang meminjamkan motor kepada orang tuaku, akan ku bejeg-bejeg kalau ketemu!!!

Testimony dari papi : “wah, kami kayak anak muda gitu ca (nama kakak kedua gue chica). Duduk di bangku motor sambil makan es campur, kalau polisi datang papi ngebut deh. Haha”

Tuhan ku, aku tahu Engkau hidup.


Kedua :


Papi lagi galau karena sering gempa di daerah mereka.
Akhirnya menelepon kakak kedua ku ini ( kenapa bukan gue? Karena gue paling susah dihubungi -,-).

Dia cerita kalau dia lagi siapin diri seandainya gempa besar terjadi, dia sudah merancang akan sembunyi dimana.

Beginilah kira-kira cuplikan pembicaraan mereka yang diceritakan kakakku.

Papi: “Tau ca, disini sering gempa loh. Papi udah merasa kayak di Jepang aja ca.”
Kak Chica : “duh pi, hati-hati yah” (awalnya dia cemas banget)
Papi: “iya ca, papi juga lagi mikir sembunyi dimana kami kalau gempanya gede”
Kak Chica: “ lari aja lah pi. Keluar rumah, di depan kan lapangan tuh, berdiri aja disana”
Papi : “ yah, kan kalau ga sempat gimana dong. Papi sih mikirnya sembunyi dibawah kursi”
(dengan suara yang serius)
Kak Chica : “emang muat pi? Perut papi kan gede. Mana muat badan papi masuk kebawah kursi”
(suaranya lebih serius lagi)
Papi: “ eh iya yah. Papi harus diet nih”

Kejahilan kakakku pun muncul

Kak Chica: “makanya pi, kecilin tuh perut. Yah gini aja, sembunyi dibawah meja makan aja pi. Kali
aja muat.”
Papi: “ ah, kayaknya terlalu sempit juga ca. papi mau diet aja deh” (tetap serius)

Semingguan setelah pembicaraan itu, papi mengabarkan kalau dia lagi dalam sesi puasa makan banyak.
Kami empat bersaudara bertaruh, itu pasti ga akan berlangsung lama.
Benar saja. Setelah taruhan itu kami kumandangkan, mami melaporkan kalau papi lagi tidur setelah makan banyak, dan itu sudah berkali-kali ia lakukan. BAGAIMANA MAU KURUS PI?!


Ketiga :


Mami ngadu ke kami empat bersaudara bahwa papi ga mau cukur janggutnya.
Udah sebulan lebih bo. Udah panjang mana putih semua lagi.
Mami bilang, coba kalau janggutnya item, pasti keren. Ini malah kayak orang ga keurus.

Usut punya usut, papi melakukan itu karena adek kami tercinta yang bernama Erasmus mengatakan sambil lalu kalau papi mau rawat janggutnya pasti gagah dan ganteng. Kayak aduh gue lupa deh itu nama artis Hollywood itu.
Erasmus ga nyadar, kalimat isengnya berbuah pada keyakinan papi untuk memanjangkan janggutnya.

Aku sih belum liat langsung, tapi mamiku meyakinkan kami bahwa dia seperti manusia yang lupa bahwa didunia ini sudah ada diciptakan alat cukur.
Kami akhirnya berlomba-lomba memohon padanya untuk mengakhiri saja keinginannnya itu.
Tidak ada yang berhasil, baik aku, kakak-kakakku, bahkan adekku yang menyesali mengucapkan kalimat aneh itu, apalagi mamiku.
Papi malah bilang mami mempersempit ruang gerak dia yang ingin bebas berekspersi. Akhirnya, karena mami takut papi sedih diatur-atur, mami diam saja.

Jadilah mami hanya bisa curhat ke kami dan kami, walau sudah mengajak papi bicara panjang lebar, tidak berhasil membujuk terpaksa cuek aja.

Kemudian pada suatu hari sabtu, mami yang sudah tidak tahan menarik papi ke salon dan memaksa papi duduk diam sementara jenggotnya dibabat habis oleh si tukang salon.

Papi melaporkan saat itu dia seperti anak kecil, ga bisa melawan. Hahaha, u know, mamiku itu kalau sudah bertekad, pasti tidak ada yang dapat menghentikannya.
Eh, sekarang ini dia malah bersyukur janggutnya hilang, karena tiap dia bercermin, dia merasa lebih fresh dan tampak lebih mudah x_x


Kalau dipikir-pikir, mamiku sabar banget yah? Haha.
Tenang saja pembaca, papi juga sabar banget sama mami, terutama saat mami belanja dan lupa segalanya.
Taruhan yok, siapa yang bisa melawan mamiku shopping? GA ADA!!!


Ahh, sebenarnya masih banyak lagi kisah yang ingin aku tuliskan tentang kekonyolan mereka, yang selalu saja berhasil membuat aku tertawa dan bersyukur bahwa aku hidup ditengah orang-orang lucu yang ngangenin.


Tuh khan pimi, aku tuh kanget BANGEEEET -,-

Begitulah kisah kangen ku dengan orang tuaku yang rasanya ingin sekali aku peluk kuat-kuat saking gemesnya.


Aku jadi ingat kata-kata seseorang yang aku baca disebuah buku (lupa judulnya)..

“Beritahu kepada orang-orang yang kamu kasihi bahwa kamu mencintai mereka. Selalu, di setiap kesempatan sekecil apapun, katakan kamu bersyukur memiliki mereka. Jika kamu kangen, ungkapkan. Karena kita tidak akan pernah tau kapan kesempatan itu datang dan pergi”


Hei, I love u, papi mami, Kak Olive, Kak Chica, Erasmus. I love u, hunny. I love you, friends. I love u, Indonesia. I love u, earth. And of course, I really love u, Lord….