Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Rabu, 20 Juli 2011

abaikan, skip ke blog yang lain, please T.T

Udah lama banget pengen nulis cerita ini, tapi yah itu susah cari waktunya *sok sibuk*
Ceritanya agak menjijikan dan beraroma sinetron sebenarnya x_x

Mungkin postingan ini akan segera gue sesali dan hapus dari peredaran :p
Nikmati saja sekarang, kalo lo bingung sama jalan ceritanya, sudahi dan abaikan. Untuk cerita kali ini, gue ga berharap dibaca :D

Jadi, hari senin kemarin, gue pulangnya naik krl, berhubung udah mau jam 7 pm dan itu jadwal krl terakhir yang cepat ( setelah itu jam 9 pm), maka gue lari-lari ke stasiun dan dengan beruntungnya bisa naik tuh kereta.

Seperti yang udah gue duga, gue pasti berdiri. Awalnya merasa sangat tidak beruntung. Mana lagi laper, sedih, capek, eh berdiri lagi -,-

Nah, suasana hati gue itu suram banget cuy.

Rasanya tuh kayak lo udah sayang sama seseorang, alalu lo dan dia sadar kalian tidak bersama, lalu secara “sok dewasa” memutuskan untuk berpisah setelah beribu hari yang dilalui dengan keadaan tanpa arah. Keadaan sebenarnya? Yah, yang dirasa itu :p

Gue itu, dari pagi kerja ga bener, berasa otak ditinggal di rumah. Bos suruh apa, gue ngelakuinnya salah. Gue ngerjain apa, hasilnya pasti ga bener. Penyebabnya yah itu tadi, cerita yang akhirnya harus berakhir setelah sekian lama penuh ketidakpastian dan aaah sudahlah, gue ga berminat cerita itu :D.

Singkat cerita, naiklah gue di kereta dengan hati kosong, tatapan hampa sambil denger lagunya my chemical romance yang I don’t love you. Saking semangatnya, gue sambil gerakin tuh bibir ngikutin liriknya, ga tau deh pake suara atau enggak :p

Berhubung tirai jendela krl dibuka, pantulan bayangan orang dari jendela itupun bisa terlihat, tertangkaplah pandanganku pada sebuah wajah manis pakai kacamata yang lagi mainin blackberrynya. Lalu dia, dengan tiba-tiba menatap ke jendela dan menangkap basah aku melihat dia. Gue tuh yah, jujur aja, ga bermaksud ngeliat dia, secara otak gue kemana, pandangan mata gue kemana, wajah ga senyum, muka letih, mata berkaca-kaca menghayati lagu, sehingga gue ga bisa dengan cepat memalingkan wajah. Sumpah, bukan ngeles!

Lalu berjalanlah kereta itu perlahan dan suka berhenti. Huft. Dikarenakan gue udah terlatih naik krl, gue ga pernah megang apa tuh namanya, yang ngegantung buat dipegang kayak tali itu ( ah payah banget sih gue ).
Kayaknya dia ngeliat gue “wah” banget. Dia yang sepertinya susah payah buat seimbang sehingga ga bisa lepas dua tangan gitu dan berdiri tegap dibandingkan dengan aku yang berdiri sambil asik denger lagu dan sesekali buka bb. Bau-baunya dia jarang naik krl.
Entah kenapa, kok makin lama, dia makin mendekat. Serius, gue analisa tuh. Tadinya dia berdiri didepan ibu-ibu yang duduk tertidur, sekarang kenapa berdirinya didekat cewek yang sedang buka bb, yang mendekat ke gue. Udah gitu kenapa gelisah banget nih anak. Sekali-kali natap ke jendela, lalu kearah gue, trus ngecek bb.
Gue akui gue geer ( biarin, napa ? weeeek ). Perhatian gue udah mulai kearah dia, lagu ga gue denger lagi, gue perhatiin jarak kami, terkadang karena keretanya kadang cepet kadang lama, lengan kami bergesekan ( see, sampai sedekat itu! ). Lalu berhentilah krl itu di sebuah stasiun yang ga usah gue sebut namanya, tiba-tiba gue ngerasa kaki gue ada yang ganjal. Haha, dia terlalu deket sampai kaki kami bersentuhan. Ga bo’ong gue ngerasa, karena u know kalo lo di krl, kaki lo itu harus lo lebarin biar seimbang, jadi kalo ada yang mempersempit gerak kaki lo, lo bakal nyadar, apalagi kalo lo sedang memperhatikan gerakan orang itu, pasti seluruh sinyal dalam tubuh lo bergerak aktif. Karena gue mau jual mahal, gue geserlah kaki gue menjauh. Gue pura-pura berwajah dingin tanpa senyum dan cuek. Mungkin karena itu, dia jadi agak menjauh.
Yang gue suka adalah saat dia menguap sambil menutup mulutnya dan berwajah bosan mengecek bbmnya ( oke, gue akui gue sempat menatap kearah layar bbnya).
Saat mau turun, gue taruhan lagi. Kalau dia menoleh pas gue turun, berarti dia sama seperti gue, saling memperhatikan. Pelan-pelan gue melangkahkan kaki turun. Setelah sampai diluar, gue menoleh dan sumpah, gue ga boong, dia menoleh juga. Tapi kami tidak saling memandang, karena ketutupan orang banyak. Gue mendongak dan berpaling dengan cepat sambil tersenyum penuh kemenangan.
Oke, cerita diatas agak menjijikkan? Iya. Terlalu ga bisa dimengerti? Iya. Susah boo jelasinnya. Gue juga ga tau bagaimana menjelaskan peristiwa 45 menit yang mendebarkan dan menjelaskannya kedalam tulisan, apalagi si penulis bukanlah orang yang pandai menyampaikan sesuatu secara kronologis.
Lagi yang lucu adalah dua hari ini gue berharap untuk bertemu dia. Oke, bukan Cuma berharap, tetapi berusaha.
Hari pertama :
Pas mau pulang, gue disibukkan pergi ke digital printing karena gue ada proyek museum founder kantor gue. Jam sudah menunjukkan angka 6, bersama supir kantor kami ngebut ke tempat itu dan gue udah merengek-rengek minta diturunin di suatu jalan biar gue naik bus ke stasiun. Si bapak supir tercinta sudah merayu biar gue ikut kekantor dan pulang diantar bareng anak-anak dari divisi production. Tapi gue kekeuh pengen naik krl. Sebenarnya pengen pulang lebih cepat juga, kalo naik mobil, pasti macet dan nyampe rumah kemalaman, tapi tetap saja, alasan utama adalah harapan untuk menjumpai makhluk itu.
Sama seperti hari senin, gue lari-lari kestasiun. Ini ga disengaja, emang jadwalnya aja yang udah mepet. Gue naik ke gerbon yang sama, berdiri di tempat yang juga sama ( lagi-lagi ini ga disengaja, emang ga ada tempat untuk duduk aja ). Menoleh kanan kiri, tidka menemukan penampakan itu. Agak sedih tapi masih berharap banget.
Krl pake acara berhenti, ada krl lain yang mogok sehingga krl yang gue naikin harus nunggu. Ga tanggung-tanggung, satu setengah jam! CATET!!! Huft, seandainya itu kemarin, aku pasti sangat bersyukur :’(

Hari kedua :
Udah mulai males tapi masih tetap berusaha mencoba. Tetap seperti hari kemarin, udah celingak – celinguk, itu muka ga Nampak juga. Hah, udah mulai hopeless, untungnya gue dapet tempat duduk kali ini sehingga ga terlalu kesel rasanya.
Yah, ngerti sih gue, mana mudah menemukan satu orang dikerumunan dan lo ga kenal itu manusia. Perbandingannya seperti 1 : 1.000.000, dengan catatan, dia naik krl setiap hari.
Hari ketiga ?
Ga tau, itu besok. Jangan suruh gue menganalisa, gue bukan paranormal. Yang pasti harapan mulai menurun, gue udah mulai bosen, dan wajah dia udah mulai pudar diingatan. Tapi gue suka rasa itu, kayak kembali ke jaman SMU, malu-malu dan penuh tanda Tanya. Hahahaha
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah gue?
“ jangan berharap ketemu orang yang sama di suatu tempat ramai, belum tentu ketemu kecuali lo jodoh dengannya.”
Hahahahah…
Disini saja cerita itu. Gue mau tidur. Besok rencananya ga pulang naik krl, jadi di pending dulu acara harap-harap cemas gue itu :p
Terima kasih Tuhan, gue masih bisa ngerasain rasa suka J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar