Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Sabtu, 10 Maret 2012

dewasa, katanya, cinta...

Dan waktu berlalu begitu cepat. Meninggalkan serpihan luka yang hebat.
Melepaskan panah dengan tepat.
Ia melesat dengan cepat.
Menusuk hati yang kemudian terasa pahit.
Jiwa merana, hati meradang, sakit.

Aku tertawa tertahan kemudian reda.
Seperti hujan yang turun deras kemudian diam.
Selayaknya angin menghantam, berlalu menghilang.
Badai menghancurkan bangunan yang menjulang sombong.

Cerita itu mencabut rasa yang tertanam.
Begitu erat dan intim, awalnya.
Ia berakhir dengan kejam dan kelam.
Pagi digantikan malam.
Cerah dirusak mendung. Apa hanya aku yang merasa ini hitam?

Aku tertawa seperti gila.

Putih digantikan semburat merah.
Menyeruak masuk ke jiwa yang hampa.
Melesat dan mengoyak jiwa polos yang lalu berubah.

Hati sudah tidak lagi indah.
Entah apa yang mengubah.
Entah siapa yang datang mengacau.
Aku meracau, kalau kamu tau ini sudah menjadi kacau.

Kita sudah berubah. Sudah dewasa katanya.
Aku ingin pergi, pulang kembali menjadi dulu.

Sudah dewasa dia.

Tangis seolah tawa tertahan.
Duka ditopengi senyum tipis mengembang.
berapa ribu lagi yang harus dibohongi.
Cukupkah atau harus selalu diulangi?
Lalui saja katamu, lalui dan jangan berhenti.
Itu bukan solusi berarti.

Seperti mati.

Pergi tidak memberi jawaban. Tinggalpun hanya sebuah ilusi.
Aku menangis, sambil tertawa aku menari.
Dilantai, di awan, diudara, bahkan dibadanmu.
Menginjak keras dengan stiletto, berharap setiap inci mengoyak kamu.

Ini semu yang berkepanjangan.

Senja meramu suasana.
Dibuatnya seolah semua pas adanya.
Agar sang pecinta mau duduk berdua.
Barang sebentar. Kalau boleh lama.
Semakin jam berdetak, ikatan kuat menyakitkan. Dan tetapkah bertahan?

Sebut itu cinta.

Pedang bermata dua. Siap menusuk siapa yang kena.
Tidak adil tidak juga memilih.
Melihat lalu merasa suka.
Merasa lalu terabai.
Itu racun, atau cinta yang dibalut racun? Keduanya tampak nikmat.


- astrid, dalam kebodohannya mempermainkan kata tak berarti apa-apa-