Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Jumat, 27 April 2012

Karena Kamu...


Dari dulu, aku tidak pernah memohon untuk waktu diputar kembali. Aku tidak pernah mengemis pada Tuhan agar Ia membawaku ke masa lalu. Bagiku, masa lalu memang ada yang disesalkan, tetapi masa depan akan memperbaikinya. 

Itu salah satu kewajiban manusia bukan? Memperbaiki masa lalu, menjalaninya saat ini untuk memberi harapan di masa depan.

Ah, itu berubah sekarang. Seakan aku mengkhianati pikiranku sendiri, mengebiri keyakinanku dan membuatnya berbalik. Aku menginginkan masa lalu itu hadir kembali.

Karena kamu…

Itu semua karena kamu.

Di masa lalu ada kamu, di masa ini kamu berlalu, dan tidak akan ada lagi kamu di masa mendatang.
Jadi, apa lagi pilihan selain aku berlutut pada Tuhan siapapun yang disembah manusia, untuk mengembalikan aku ke masa itu.

Sebut aku gila, aku menginginkannya hingga menjadi ambisi. Bukan lagi berandai-andai, bukan hanya mengharapkannya. Aku memintanya dengan sepenuh hati.

Karena kamu...
Karena kamu ada di masa lalu.

Lalu kata orang kepadaku, itu mudah. Suruh saja dia untuk datang ke masa depan. Minta dia untuk hadir di masa ini, paksa masa lalu itu untuk menghampirimu. Agar bisa kamu jerat dan penjarakan dia sesuka hati. 

Ah, bagaimana aku bisa? Kamu sudah dimiliki masa lalu. Masa ini sudah meniadakanmu dan dimasa depan, nama kamu tidak tertulis lagi.

Aku jadi begitu bingung, harus aku apakan Tuhan. Harus bagaimana aku mengelabui takdir, bagaimana caranya aku menipu Dia untuk kemudian menampilkanmu di masa depan, pun di masa sekarang, itu saja aku mau.

Aku berubah cengeng, sedikit mengiba, mengharapkan langit, tanah, pun makhluk dibumi ini untuk mengasihaniku. Aku tidak meminta banyak, cukup kamu di masa depan. Di masa ini pun aku mau, asal aku bisa merasakanmu sekali lagi, lagi dan lagi.

Karena kamu…

Karena kamu aku mau menukar aku yang dulu. Kamu untuk dimasa depan, kamu untuk dimasa ini, sekali saja, biarkan aku menikmatimu, lagi dan lagi.

Langit kelam, bintang berkedip, laut bergemuruh, tidak ada satupun, satu saja makhluk yang mau mengabulkannya. Mereka seolah begitu sombong, mencemoohku dengan begitu keji.
Tidak apa-apa. Aku rela. Untuk kamu, aku mau. 

Karena kamu…

Sini, aku tantang kau angin, sini berkelahi denganku matahari, aku akan jadi pemenang, asal kamu bisa hadir di masa mendatang atau sekarang, ayo bertarung.

Ah, semua mengetawaiku, menganggap aku bodoh, sudah tidak waras aku. Sakit jiwa katanya.

Aku pun ikut tertawa. Perlahan senyum kemudian terbahak. Aku mungkin, memang bisa jadi, sudah gila. 

Karena kamu…

Tanah merah basah, tulisan nama masih berbau, tempatmu senyap. Aku begitu takut. 

Bisa jadi benar. Ada kamu dimasa lalu, tidak ada kamu sekarang, dan hanya kenangan di masa mendatang. 

Kali ini aku menangis. Kali ini aku menyesali. Kali ini, aku mengutuki diri sendiri.

Karena kamu. Hanya karena kamu aku bisa begini.


---
(lagi-lagi) cerita absurd tak bermakna
 Bintaro, 27 April 2012


Jumat, 13 April 2012

Dear Sahabat...


Sebuah surat untuk sahabat,
Sebenarnya sudah lama ditulis, tetapi baru sekarang bisa diposting.
Untuk siapakah ini? Kamu, ya, untuk kamu :)

__

Dear Sahabat,

Apa kabarmu disana?

Kali ini aku menulis diantara emosi yang begitu kuat, negatif dan positif. Begitu banyak pengalaman yang aku lalui, buruk ataupun indah. Banyak orang yang aku temui, jahat ataupun baik. Ah sahabat, seandainya kamu ada disini…

Beberapa kejadian membuat aku semakin mengerti arti hidup, beberapa mengajarkanku untuk kuat, beberapa mengingatkanku untuk bersyukur, dan ada begitu banyak kejadian yang mendewasakanku. Seandainya kamu disini, kamu bisa jadi akan sangat bangga padaku.

Ada saat dimana hidup begitu mudah untuk dinikmati, namun begitu banyak peristiwa yang begitu menyakitkan untuk dilewati. Semuanya itu mengajari aku untuk menyimpulkan apa itu hidup.

Saat kita bersedih, selalu ada orang yang akan buat kita tertawa.
Saat kita kesal, ada orang yang bisa dengan begitu ajaibnya membuat kita tenang.
Saat kita merasa dipermainkan, ada saat dimana kamu merasa begitu berharga.
Saat kita menangis, kita akan punya teman yang berusaha segila mungkin untuk membuatmu menghapus air mata. Kalau saja bisa dia mengeringkan airmatamu dengan tiupan dari bibirnya, mungkin dia mau melakukannya berkali-kali.

Sahabat, jujur saja aku tidak mampu selalu kuat berdiri. Aku tidak bisa setiap saat mengikuti pesanmu. Kuat, tegar, karena aku adalah perempuan hebat. Sahabat, itu tidak mudah.

Dear sahabat,

Aku belajar bahwa selalu berkata iya itu tidak baik. Aku belajar bahwa terkadang, menolak adalah perbuatan paling bijaksana.

Aku belajar bahwa tidak semua orang peduli pada perasaanmu. Saat kamu mengeluhkan sesuatu, ada orang diluar sana yang membatin :”oh, please, gue lebih malang…”.

Aku belajar bahwa beberapa orang berani untuk menyakitimu dan bersikap seolah-olah perbuatan itu bukanlah masalah besar. Aku belajar kedewasaan darinya.

Sahabat, dunia tidak lagi indah seperti yang dilihat dari kacamata seorang anak kecil. Dunia tidak polos dan tulus. Semua penuh siasat dan politik. Yang kalah akan mati, yang menang akan menginjak sipesakitan. Itulah dunia sebenarnya, dunia tanpa kepolosan.

Hmm, kita sudah terlalu dewasa untuk mengeluh dan berandai-andai mesin waktu itu benar adanya, bukan?

Kamu tahu kan sahabat, hidup seperti kereta. Ah, terkadang aku sangat ingin kereta itu segera berhenti. Benar-benar berhenti dan tidak bergerak lagi. Tapi ini lucu sahabat, ada kalanya aku malah menunggu-nunggu saat kereta itu bergerak menikmati perjalanan berikutnya.

Sahabat, aku belajar bahwa bukan karena kesabaranmulah maka kamu dapat memaafkan seseorang, tetapi karena rasa cinta didalam dirimu yang membuatnya seperti itu. Aku berpegang pada itu akhir-akhir ini. Apa kamu melakukannya juga?

Aku bukanlah manusia sempurna, kamu tahu itu. Aku sering sekali menyebalkan, aku berani bertaruh, kamu menyetujuinya. Aku penuh dengan keanehan yang dari dulu sering aku tanyakan padamu. Tetapi terima kasih karena menyadarkanku bahwa tawa akan selalu ada disetiap isak tangis. kebahagiaan selalu terasa pantas saat beban berat telah membawamu ke tujuan.

Ah sahabat, semuanya terasa begitu pas saat ini. Jika saja kamu ada disampingku, ini akan berubah sempurna. Sahabat, aku begitu menyukai keindahan yang Tuhan berikan padaku saat ini. Semoga akan menjadi sempurna, jika aja kamu ada saat ini.

Andai kamu disini, andai kamu ada disampingku, aku tidak akan membisikkannya lagi agar anginpun tak dapat menguping. Aku akan berteriak, mengungkapkan dengan tegas setiap kalimat itu.

Aku mencintai hidupku dan aku akan selalu bersyukur untuk itu.

Apa yang bisa aku janjikan padamu? kita akan bertemu nanti. Kita akan semakin matang dan berpelukan dalam tawa. Jadi, sabarlah, kita sedang mencapai proses itu.



Jakarta, 2 Januari 2012
Astrid Meliza