Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Rabu, 15 Agustus 2012

Pergilah...


Tidak apa-apa, pergilah. Nanti akan ada aku yang baru, yang bisa menggantikan tempatku dihatimu.
Mungkin, akupun akan begitu.

Tidak mengapa, kalau kamu mau, kamu pasti bisa. Dan kalau kamu bisa, jangan merasa bersalah, aku tidak marah. 
Kalau begitu, pergilah.

Aku tidak bisa menjanjikanmu aku akan bahagia, tetapi aku bisa berkata, aku akan baik-baik saja. Waktu akan menghapusnya.

Mungkin aku akan kehilangan tawa itu, waktu-waktu dimana kita berbagi luka, bahagia, berduka. Mungkin itu berharga, tetapi tidak mengapa, bisa jadi nanti itu akan semurah sampah.

Ya, aku menangis, aku terluka dan disini, sekarang ini, aku begitu bersedih. Tetapi, ssttt, jangan khawatir, tidak apa-apa, nanti aku akan baik kembali.

Sepi? Tentu saja. Aku akan merasa sendiri. Tapi aku akan datang ke tempat yang ramai, hingga nanti, aku menjadi baik kembali.

Aku tahu ada di dunia ini yang tidak bisa dipaksa. 
Sekeras apapun kita mencoba, cepat atau lambat, kita akan berpisah. 
Jadi buat apa menunggu?
Jangan kamu risau, hari ini toh akan jadi masa lalu.

Pergilah sejauh yang kamu mampu, aku tidak akan menunggu. Jangan ragu. Melangkahlah dengan tegas, menjauh dari hidupku, aku mungkin akan memintamu menunggu, tetapi saat kamu tidak bisa tinggal, aku merelakannya.

Perlahan tapi pasti, jejakmu akan terganti. Aku mungkin akan tertatih, tetapi kemudian aku akan menari, dan kau akan lihat segarku seperti mentari dipagi hari.

Kita akan lalui ini dengan sempurna.

Maka pergilah, aku tidak akan menahanmu. Tertawalah bebas dan lepas. Hanya itu yang aku ingin darimu.


*Hujan membuatku menulis ini. Hatiku mudah sekali digalaukan, ternyata -,-*
1 agustus 2012

Melanjutkan hidup setelah perpisahan...

Melanjutkan hidup setelah kehilangan seseorang itu tidak mudah. 
Apalagi ya, jika makhluk hidup itu sudah ada di angan-angan masa depanmu. Aku yakin, banyak dari kita yang ingin berhenti bernapas saat itu juga.

Terkesan lebai jika bukan kamu sendiri yang mengalaminya. 
Berlebihan katamu? Iya, karena kamu tidak merasakannya.
Ah, kamu pernah merasakannya? Yeah, pernah kan berarti sudah berlalu.

Kata seorang teman, perpisahan itu memang diciptakan satu saat kamu jadian sama seseorang. Jadi, sebaiknya siapkan plan B agar perpisahan bisa segera di daur ulang. Bagaimana caranya? Entahlah, aku bukan mau membahas itu disini :p

Nah, yang paling kasihan dari orang yang sedang mengalami efek negatif dari cinta itu adalah saat harus memilih move on-kah atau berjuang mendapatkannya kembali.

Beberapa kasus ada perasaan lega yang terselip ditengah tangis saat semua terjadi, apalagi jika dulunya hobi kalian itu bertengkar. Kayak sedikit tiupan dingin AC ditengah panasnya terik.

Itu di saat tangis sedang deras-derasnya dan ingus udah terjun bebas dari hidung, dihati terdalam kita tahu memang ini baiknya.

Tapi, siapa sih orang hebat yang bisa begitu cepat bangkit saat perpisahan baru bermenit-menit yang lalu? Lain halnya jika memang perpisahan itu sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Lalu, apa jadinya saat perpisahan itu bagai bencana? Ga dikira-kira tiba-tiba kamu berada diposisi duduk dilantai termenung, antara bingung dan ga percaya semua terjadi sedangkan dia melenggang bebas diluar sana, udah mulai mempraktekkan tips dan trik dari buku untuk menggaet pasangan baru. Sadis.

Itu menyakitkan dengan segala mood buruk bercampur didalamnya. Mau teriak memaki, orangnya udah pergi. Mau nangis mulu kok ya capek juga. Mau diam aja rasanya ga tahan, mau tertawa juga ga bisa.

Semua serba salah. Makan salah, ga makan salah, tidur ga enak, ga tidur juga susah. kayak tingkah laku jatuh cinta tapi ini dari sisi negatifnya. Semua serba ingat dia.

Cara mengatasinya lebih susah lagi. Nangis sepanjang hari, dia toh ga akan kembali. Mau dilupakan, kok ya ga rela.

Rasanya tuh kayak hidup sudah berhenti. Ga ada semangat mau ngapain-ngapain.

Lebih susah lagi kalau tadinya dia baiiik banget, lucuuu banget, cakeeep banget, pinteeer banget, perhatiaaan banget, sabaaar banget, pokoknya semuamua yang indaaah banget deh (tunggu, lalu kenapa kalian putus? Oh yah, oke).
Makanya cari pacar yang jahat, biar pas pisah, ga susah lupainnya *eh, bego!!!*

Anehnya, pas pisah, semua kenangan indah ter-reply lagi. Padahal yah kamu tuh orangnya suka lupa apapun, malah kadang saking pelupanya, kamu suka lupa pulang ke rumah. Tapi entah mengapa saat itu kamu jadi si genius yang mudah mengingat kejadian-kejadian saat bersama, yang lucunya, kejadian itu pasti yang enak-enak aja. Jarang tuh mengingat pas dia jadi jahat, pas dia bohong, pas dia menyakiti, pas dia lebih memilih jalan santai saat kamu membawa semua kantong belanjaan plus tas ditangan kanan dan kiri, apalagi alasan kalian meski berpisah.

Cinta itu aneh, begitu juga dengan perpisahan.

Nah, perbedaan dalam menyikapi perpisahan di tiap orang juga berbeda. Ada yang terkesan keren, unik, bahkan menjijikkan. Semuanya bisa jadi dikemudian hari akan diingat sebagai kisah yang manis -bisa jadi loh, tapi aku ga yakin juga sih dengan kalian- :p

Apalagi soal laki-laki dan perempuan. Aku bukannya sedang menguliti masalah gender loh. Yang pasti, entah karena memang kodrat atau kebiasaan, dua jenis makhluk hidup ini menyikapi perpisahan dengan cara berbeda.

Laki-laki biasanya menanggapi dengan bijak dalam tanpa kutip. Ga pakai acara nangis-nangis sampe ingus kemana-mana, ga sampe curhat sana sini minta diperhatikan  (walaupun mungkin ada beberapa laki-laki yang melakukannya didunia ini), mengurung diri dikamar sampe berhari-hari, menarik diri dari kehidupan sosial, sampai akhirnya terpaksa keluar dengan mata bengkak.

Mereka akan mencari pelarian, contohnya menyibukkan diri dengan kerjaan, main sana sini dengan teman-teman lelakinya. Yeah, ada beberapa yang malah minum-minum, tapi aku tekankan sekali lagi, tanpa ingus yang bertebaran diwajahnya (ini kenapa semakin menjijikkan yah?!) - kecuali, well, kalau dia mabuk. Emm, apa yang bisa dikendalikan saat anda mabuk?!

Teman-teman sesama itu biasanya tidak melewati fase menghapus air mata si laki-laki (euih), memeluknya lembut (jiaaah), lalu tersenyum sambil berkata "tenang, teman, semua akan baik-baik saja".

Biasanya mereka malah akan menepuk punggung si pemeran utama sambil berkata "Halah, perempuan mah ga cuma dia aja kalee", sambil tidak lupa mengajaknya melakukan hobi-hobi mereka. Bukan, aku tidak berbicara soal hobi belanja, tetapi soal otomotif, olah raga, film dan, dan apa lah itu.

Perempuan, ah, perempuan lain lagi. Entah ini harus disyukuri atau malah merepotkan, saat terluka sangat dalam, perempuan lebih memilih menelepon genk cantiknya dan melakukan konferensi kecil-kecilan. Perempuan sangat mengandalkan sahabat-sahabatnya dan dengan senang hati sahabat akan merentangkan tangan.

Mereka akan datang dengan mata sembab, wajah tersakiti, rambut acak-acakan, hidung memerah plus tidak lupa membawa tissue yang sudah menipis karena digunakan untuk menghapus -maaf- ingus yang kemana-mana.
Lalu dengan suara tercekat, dikelilingi para sahabat dan mulailah dongeng itu: "aku ga tau blablabla", "ini nyakitin banget blablabla", "aku ga nyangka dia blablabla".

Biasanya yang akan dilakukan teman-teman si cantik ini adalah memeluk lembut, menghapus air matanya, sambil tetap memastikan persediaan tissue bersih. Ah, tidak lupa juga wejangan dari orang yang belum tentu berpengalaman. Ingat, perempuan sangat suka berbagi cerita dan -ehem- berceloteh.

Teman yang baik untuk perempuan yang sedang patah hati adalah si pendengar yang sabar dan si baik hati yang punya ide cemerlang yakni mengatasi rasa sakit dengan belanja-belenji. Soal belanja, memang itu adalah cara keren dideretan pertama untuk mengusir kesakitan apapun dihatimu, kawan. Sorry, intermezzo.

Nah, ada beberapa kasus, entah dia laki-laki atau perempuan, yang menikmati perpisahan dengan cara yang kalem. Nangis seperlunya, marah seperlunya, curhat seperlunya, dan kemudian berusaha bangkit lagi (kadang dengan seperlunya juga sih).

Ini biasanya  terjadi untuk orang yang sudah lelah menjalaninya. Jadi saat perpisahan terjadi, pasrah itu hal mutlak bagi mereka.

Ada juga orang yang menyikapinya tertutup. Diam-diam nangis, diam-diam terluka, lalu hilang aja gitu dianya, entah kemana.

Dipihak lain, ada juga yang dengan senang hati menjadi pembicara di acara bertema patah hati, menikmati rasa sakit dengan tawa dan kemudian menggandeng pasangan lain. Semoga tidak ada perpisahan berikutnya.

Lalu bagaimana aku mengatasi perpisahan? Aih, aih, haha, haha, lucu kamu nanya ini. Mungkin, emmmm, mungkin aku perpaduan akan dua makhluk itu. Mungkin, loh yah. Haha.

Jakarta, 7 Juli 2012