Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Jumat, 08 Juli 2011

Gue kangen pimi, tau ga sih! -,-

8 Juli 2011 Jam 10.55 pm.


Gue harus nulis secara detail tanggal dan jam ini karena pada saat itulah tulisan ini dibuat.

Bukan, bukan karena gue nulisnya udah berhari-hari, tapi gue lagi nulis ini di kertas!!! Nanti baru deh dipindahin ke lapti. *sebagai bukti, akan gue upload fotonya bersama postingan ini – semoga*
( Ummm... Ga bisa ternyata diupload.. Lemot. :p nanti deh gue edit lagi yah :D *itupun kalo sempat ( ˘͡ -˘͡) *


Apa sebab?


Lapti dipake kakak kedua T.T
Buat apa? Buat ciptakan virus plus antivirus terbaru? No…
Buat searching berita politik terhangat? Potong rambut gue kalo dia melakukannya!!!
Dia sedang nonton film korea! Film terbaru yang kabarnya lagi diputer di televisi Korea Selatan sana. Film yang berhasil di download karena kepingan cd or dvdnya belum dijual di Indonesia.


Sudah, jangan bahas dia lagi. Bakal ga selesai gue nulisnya.
Hiks, mana udah bertahun-tahun ga nulis pake pulpen sepanjang ini, tangan jadi capek, tulisan juga buruk banget T.T


Ggrrrrrrrrrr, udah, udah ga usah mengeluh, langsung aja pada topic pembicaraan.. ^0^


Jadi, judul pembicaraan kali ini : “aku kangen papi mamiku”


SERIUS!

Ga tau kenapa, hari ini tuh kangeeen banget.
Ngebayangin dulu nyamannya berada ditengah mereka.

Akh, pokoknya hari ini seratus juta miliar triliun double double kangen mereka!!!

Saat ingat mereka tadi, tiba-tiba air mata jatuh di pipi, pas banget lagi, di mp3ku terdengar suaranya si tante Celine Dion nyanyi lagu “dance with my father again”…

Bayangkan nih :

Seorang perempuan lemah, duduk sendirian dipojok stasiun, tak hiraukan keberadaan banyak orang, terpekur menatap lurus, kemudian menundukkan kepala, lalu menangis. Di tengah keramaian ia merasa sendiri, menyerah kepada kekuatan yang berusaha ia tampilkan selama ini, mengakhirinya dengan tangisan bagai anak kecil, menyerah kepada kesombongan akan pencitraan tangguh yang selama ini berusaha ia tampilkan (eeem, itu bukan gue, itu gue lagi imajinasi aja -,-)…


Yang nyatanya :

Seorang cewek, dibonceng seorang cowok yang cerewet minta ampun, ga nyadar si cewek sedang denger mp3, meresapi lagu yang membuatnya menitikkan air mata. Kemudian menangis tersedu-sedu membuat si cowok terheran-heran karena mengira cerita tentang laptopnya yang rusak saat dia sedang asik menulis email ke klien begitu menggugah hati si cewek. Si cowok meminta maaf terus menerus, merasa bersalah karena menceritakan kejadian yang tidak disangka begitu dapat mengharukan, sembari tetap mengemudikan motor. Si cewek tetap menangis, malah bertambah seru tangisannya karena bercampur ketakutan si cowok ga serius ngeliat ke depan dan setiap saat bisa saja terjadi kecelakaan. Pokoknya tangisan si cewek berakhir di posisi yang membingungkan, antara kangen orang tuanya atau ketakutan ga selamat sampai rumah, campur aduk deh.


Fuiiiih, kalo disinetronkan, angle inilah yang akan menguras air mata penontonnya B-)


Singkat cerita, sampailah gue eh si cewek, eh oh oke gue, di rumah. Lalu akibat kangen yang tak terbendung, segera gue berniat telpon mereka. Harap-harap cemas neh.. takutnya mereka udah tidur, malah ngeganggu kan L . Gue ga hubungi mami karena biasanya kalau udah mau tidur, hapenya juga ikutan tidur a.k.a shut down.


Lalu tibalah saya menelepon ke hape papi :


Tuuut ( bunyi pertama : deg-degan)
Tuuut (bunyi kedua : mulai santai)
Tuuut (bunyi ketiga : ibid)
Tuuut (bunyi keempat : “ wah papi pasti udah bobo yah?!”)
Tuuut (bunyi kelima : ibid)
Tuuut (bunyi keenam : “yes, diangkat)


Lalu beginilah cuplikan pembicaraan itu :

Papi: “ halo”
Gue : “aaa, papiiii”
Papi: “udah sampai rumah inang?”
Gue: “iya pi, baru sampai” terharu karena diperhatikan
Papi: “ oke, bagus,… ini mamimu”

Terdengar bunyi kresek kresek ribut

Gue: “eh pi,…. Kangeeen…”

Kayaknya kata kangen ga kedengeran karena bertepatan dengan perpindahan hape dari tangan papi ke mami.

Mami: “ halo nak, udah sampai?”
Gue: “iya mi, udah mamiii”
Mami: “oh, kalau gitu istirahat ya, jangan keramas malem-malem! Langsung tidur, oke?” cerocos mami tak berhenti
Gue : “ eh ah, iya mi… mi, aku kangen papi mami.”
Mami: “iya, mami juga kangen. “

Ini kayaknya gue mengendus gelagat kurang baik, kenapa mereka serasa pengen cepet-cepet menyelesaikan pembicaraan yah?!

Gue: “papi mami sehat-sehat aja kan?”
Mami: “sehat kok, tidur yah nak”

Karena sudah tidak tahan dengan rasa penasaran yang membuncah, akupun memberanikan diri bertanya

Gue: “mi, ada apa? Memangnya lagi ngapain? Kok kayaknya serius banget”
Mami: “ oh ga ada apa-apa kok. Mami sama papi lagi nonton, seru filmnya.”
Gue: “oh ya? Film apa?”
Mami: “korea. Hahaha”
Gue: *pingsan*

APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA?! AAAAAAAAAAAAAAAAPPPPPPPPAAAAAAAAAA?

Mami: “oke deh nak, tidur yah. Papi mami lagi nonton. Baik-baik yah sayang”
Gue: *speechless*
Gue: “iya pimi, jangan tidur kemalaman yah”

Hiks, ada apa dengan korea ini, Tuhan!

Seketika hilang lah sudah gairah kangenku.. hilanglah sudah kesensitifanku.


Bagaimana mungkin orang tua ini tidak ikutan terharu saat si anak yang begitu susah dihubungi menyatakan rasa kangennya.
Bagaimana mungkin mereka tidak tergerak hatinya untuk terbang ke Jakarta saat si anak dengan suara yang sangat merindu menelepon sepulang kerja dengan keadaan lelah berkepanjangan.
Bagaimana mungkin mereka bisa tetap tenang saat gue nelepon dan memilih mengabaikanku hanya karena film korea tentang percintaan berlebihan diputar. Mengapa? Kenapa? Ada apa? Bagaimana?

Rasanya itu seperti nembak cowok, udah ditolak, eh saat itu juga si cowok kasi undangan nikahnya dengan orang lain.

Well, sebenarnya aku tidak begitu kaget (oke, diakui, menit-menit pertama kaget banget).
Mereka pribadi yang unik. Kadang aneh.

Gue ada sedikit cerita tentang kehidupan mereka beberapa bulan ini.

Pertama :


Kakakku menelepon papi dan mereka bercerita, di suatu minggu yang lalu, papi pergi sama mami nonton Balapan Liar.
Kaget? Sama -,-.
Tapi papi cerita dengan semangatnya, bilang kalau dia pakai sunglass dan topi, duduk dibangku motor sambil menikmati motor lain yang ngebut ga beraturan di depan mereka.
Kenapa naik motor? Karena biar bisa cepet lari kalau polisi datang!!!
Kalau mobil bakal ketangkep deh.
LOOORRRDDD!!!
Siapapun yang meminjamkan motor kepada orang tuaku, akan ku bejeg-bejeg kalau ketemu!!!

Testimony dari papi : “wah, kami kayak anak muda gitu ca (nama kakak kedua gue chica). Duduk di bangku motor sambil makan es campur, kalau polisi datang papi ngebut deh. Haha”

Tuhan ku, aku tahu Engkau hidup.


Kedua :


Papi lagi galau karena sering gempa di daerah mereka.
Akhirnya menelepon kakak kedua ku ini ( kenapa bukan gue? Karena gue paling susah dihubungi -,-).

Dia cerita kalau dia lagi siapin diri seandainya gempa besar terjadi, dia sudah merancang akan sembunyi dimana.

Beginilah kira-kira cuplikan pembicaraan mereka yang diceritakan kakakku.

Papi: “Tau ca, disini sering gempa loh. Papi udah merasa kayak di Jepang aja ca.”
Kak Chica : “duh pi, hati-hati yah” (awalnya dia cemas banget)
Papi: “iya ca, papi juga lagi mikir sembunyi dimana kami kalau gempanya gede”
Kak Chica: “ lari aja lah pi. Keluar rumah, di depan kan lapangan tuh, berdiri aja disana”
Papi : “ yah, kan kalau ga sempat gimana dong. Papi sih mikirnya sembunyi dibawah kursi”
(dengan suara yang serius)
Kak Chica : “emang muat pi? Perut papi kan gede. Mana muat badan papi masuk kebawah kursi”
(suaranya lebih serius lagi)
Papi: “ eh iya yah. Papi harus diet nih”

Kejahilan kakakku pun muncul

Kak Chica: “makanya pi, kecilin tuh perut. Yah gini aja, sembunyi dibawah meja makan aja pi. Kali
aja muat.”
Papi: “ ah, kayaknya terlalu sempit juga ca. papi mau diet aja deh” (tetap serius)

Semingguan setelah pembicaraan itu, papi mengabarkan kalau dia lagi dalam sesi puasa makan banyak.
Kami empat bersaudara bertaruh, itu pasti ga akan berlangsung lama.
Benar saja. Setelah taruhan itu kami kumandangkan, mami melaporkan kalau papi lagi tidur setelah makan banyak, dan itu sudah berkali-kali ia lakukan. BAGAIMANA MAU KURUS PI?!


Ketiga :


Mami ngadu ke kami empat bersaudara bahwa papi ga mau cukur janggutnya.
Udah sebulan lebih bo. Udah panjang mana putih semua lagi.
Mami bilang, coba kalau janggutnya item, pasti keren. Ini malah kayak orang ga keurus.

Usut punya usut, papi melakukan itu karena adek kami tercinta yang bernama Erasmus mengatakan sambil lalu kalau papi mau rawat janggutnya pasti gagah dan ganteng. Kayak aduh gue lupa deh itu nama artis Hollywood itu.
Erasmus ga nyadar, kalimat isengnya berbuah pada keyakinan papi untuk memanjangkan janggutnya.

Aku sih belum liat langsung, tapi mamiku meyakinkan kami bahwa dia seperti manusia yang lupa bahwa didunia ini sudah ada diciptakan alat cukur.
Kami akhirnya berlomba-lomba memohon padanya untuk mengakhiri saja keinginannnya itu.
Tidak ada yang berhasil, baik aku, kakak-kakakku, bahkan adekku yang menyesali mengucapkan kalimat aneh itu, apalagi mamiku.
Papi malah bilang mami mempersempit ruang gerak dia yang ingin bebas berekspersi. Akhirnya, karena mami takut papi sedih diatur-atur, mami diam saja.

Jadilah mami hanya bisa curhat ke kami dan kami, walau sudah mengajak papi bicara panjang lebar, tidak berhasil membujuk terpaksa cuek aja.

Kemudian pada suatu hari sabtu, mami yang sudah tidak tahan menarik papi ke salon dan memaksa papi duduk diam sementara jenggotnya dibabat habis oleh si tukang salon.

Papi melaporkan saat itu dia seperti anak kecil, ga bisa melawan. Hahaha, u know, mamiku itu kalau sudah bertekad, pasti tidak ada yang dapat menghentikannya.
Eh, sekarang ini dia malah bersyukur janggutnya hilang, karena tiap dia bercermin, dia merasa lebih fresh dan tampak lebih mudah x_x


Kalau dipikir-pikir, mamiku sabar banget yah? Haha.
Tenang saja pembaca, papi juga sabar banget sama mami, terutama saat mami belanja dan lupa segalanya.
Taruhan yok, siapa yang bisa melawan mamiku shopping? GA ADA!!!


Ahh, sebenarnya masih banyak lagi kisah yang ingin aku tuliskan tentang kekonyolan mereka, yang selalu saja berhasil membuat aku tertawa dan bersyukur bahwa aku hidup ditengah orang-orang lucu yang ngangenin.


Tuh khan pimi, aku tuh kanget BANGEEEET -,-

Begitulah kisah kangen ku dengan orang tuaku yang rasanya ingin sekali aku peluk kuat-kuat saking gemesnya.


Aku jadi ingat kata-kata seseorang yang aku baca disebuah buku (lupa judulnya)..

“Beritahu kepada orang-orang yang kamu kasihi bahwa kamu mencintai mereka. Selalu, di setiap kesempatan sekecil apapun, katakan kamu bersyukur memiliki mereka. Jika kamu kangen, ungkapkan. Karena kita tidak akan pernah tau kapan kesempatan itu datang dan pergi”


Hei, I love u, papi mami, Kak Olive, Kak Chica, Erasmus. I love u, hunny. I love you, friends. I love u, Indonesia. I love u, earth. And of course, I really love u, Lord….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar