Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Rabu, 11 Agustus 2010

Dan Tuhan pun ternyata suka bercanda :)

Tuhan sedang bercanda saat aku dan dia bertemu.
Ia benar-benar sedang punya selera humor yang bagus saat aku dan dia bersatu.


Untuk orang-orang yang memuja romantisme dan hal-hal yang berbau cinta sejati, mereka akan mengatakan perbedaanlah yang menyatukan.


Kalau pacaran yang semuanya serba sama, sifat sama, hobi sama, bakal buat cepat bosan, katanya.
Segala perbedaan akan membuat pasangan saling melengkapi, yang cerewet sama pendiam, yang introvert sama ekstrovent, yang sabar sama yang ga sabaran, yang tenang sama ekpresif, bodoh sama pintar, cakep sama jelek. Hehe.


Dua orang kakakku yang kuwawancarai kilat juga berpendapat enakan punya pacar yang sifatnya beda.
Kalau sama-sama keras, siapa yang bakal mengalah? “ga enak sama, membosankan” sahut mereka.
ya, ya, ya, mungkin alasan ini cukup masuk di akal.
Apa sih yang menyenangkan dari dua orang yang sama persis? Ga ada penyeimbang, katanya.


Tapi tunggu aku menceritakan pengalamanku bekerja sama dalam percintaan dengan seorang cowok – sebut saja dengan dia- yang, OH DEAAAAR, punya sifat beda banget dengan aku.
Kalian mungkin nantinya akan berpikir, “hmm, ada persamaan sepertinya tidak terlalu buruk.”


Ekstrovert vs introvert

Well, let me tell ya, gw tuh orangnya terbuka banget. Semua hal bisa gw ungkapkan. Gw suka berbagi cerita dengan banyak orang. Malah, seperti yang kebanyakan orang tahu, gw suka curhat-curhatan sesama wanita. Apa yang ada dihati gw, bakal gw ceritakan. Kalau gw senang, gw akan menunjukkannya, well, kecuali saat sedih, jarang juga sih. Habisnya malu, udah gede kuk ga bisa jaga mood didepan publik. Hehe.

Nah, bagaimana dengan dia? Dia kebalikanku. Tidak semua hal yang akan dia bagikan pada orang lain, termasuk pacarnya sendiri. Dia selalu beranggapan, tidak guna juga cerita, toh bisa diselesaikan sendiri. Tipe cowok abis nih orang. Kalau gw ga nanya “bagaimana perasaanmu hari ini, hun?” dia ga akan dengan senang hati bercerita. Itupun yah, kalau aku ajukan pertanyaan tadi, dia akan jawab “biasa saja, hun” atau “baik, bey. Kamu?” that’s it.

Kalau aku bertanya: “hun, tadi ngapain aja?” suara dari seberang akan hilang selama lima menit (bahkan kadang lebih), lalu jawaban yang ditunggu akan berbunyi: “apa ya? Ga ada. Yah gitu-gitu aja bey. Ga ada yang istimewa.” Good! Coba kalau lo nanya gw, bakal gw jawab: “tadi kekampus, hun. Trus pulangnya udah gelap gitu. Ih takut deh, mikirnya udah aneh-aneh, trus cari makan, ga ada yang buka, kenapa sih blablablabla” meluncurlah ribuan kalimat dari bibirku. Kalau dia? Cuma satu kalimat singkat padat seperti “tadi kekampus, trus ke studio. Makan nasi padang lalu pulang.” Keren khan? Jawaban telak.

Bersama nih orang, gw juga harus sepandai polisi dalam hal mengintrogasi. Contoh, “tadi makan apa, hun?” jawab: “nasi padang, tit.” Tanya: “sama siapa, hun?” jawab: “sama temen.” Tanya: ”habis itu kemana?” jawab “studio, bey”. Tanya : “ampe jam berapa?” jawab “jam 7 sore” Tanya: “trus setelah itu?” jawab “langsung pulang”. Hmm, saya harus melamar jadi polwan, tampaknya.


Cerewet vs pendiam

Aku dan dia berbeda. Semua orang yang mengenal kami berdua, sudah mengetahuinya. Aku cerewet dan dia pendiam. Sebenarnya sih ga pendiam banget. Rasa humornya bagus, tapi kalau kita kenal dekat. Dalam satu ruangan yang ramai, saat lo liat dia, lo bakal ngerasa dia hanya sendiri disana. Dia lebih suka bermain dengan pikirannya sendiri atau menjadi pendengar yang baik daripada harus terlibat langsung dalam pembicaraan.

Kalau lo pernah denger gw dan dia bicara, lo bakal mikir gw gila karena bicara sendiri. Misalnya nih yah, satu jam itu 60 menit. Jatah bicara gw 45 menit dan dia selebihnya. Gw bukannya mau memonopoli pembicaraan atau sedang melakukan ceramah, tetapi sejalan dengan kalimat gw yang sebelumnya, dia tuh paling susah bercerita kalau tidak ditanya.

Tetapi, sekalinya cerita, wuiiih, bakal panjang lebar yang dia ungkapkan, saat dia sedang membicarakan topik yang benar-benar sangat amat dia sukai (kesil kemungkinannya) dan sayangnya itu hanya dan jika gw lagi bertengkar dengan dia 
Okay, mungkin gw harus sedikit jujur sebelum dia mengomentari dengan sadis tulisan ini. Kadang gw juga sih yang mengambil alih pembicaraan. Habisnya, dia ga pernah buat topik, selalu dimulai dari gw. Lalu, menunggu dia memberi pendapat adalah hal yang cukup mengesalkan.

Ga adil sebenarnya, terlebih untukku. Dia dapat dialog yang dikit, berkisar ucapan oh yah,?; ho oh hun; begitu, bey?; haha, iya sayang; iya juga sih; ga, bukan itu bey; dan kalimat kecil lainnya. Sekali lagi, kecuali kalau kami sedang berdebat.


Berisik vs tenang (ekspresif)

Gw orangnya penuh semangat dan berapi-api (terbakaaar dunk :D:D). dia tenang dan dingin. Gw selalu punya beribu bahan pembicaraan yang bisa dibagi kesemua orang. Dia juga punya seribu bahan pembicaraan, tetapi hanya dibagi dengan hatinya sendiri..hahahaha…

Saat-saat tertentu, gw panikan. Walau ga gw tunjukin kesemua orang (well, hanya beberapa orang terdekat, termasuk si pacar). Gw selalu berpikir jauh kedepan, walau itu belum terjadi. Dia selalu memikirkan yang ada disaat itu saja. Dia ga terlalu suka membahas apa yang belum terjadi sedangkan aku suka sekali dengan kata, misalnya.

Aku suka memaksakan sesuatu. Suka sekali melakukan sesuatu yang aku tidak yakin akan berhasil. Sedangkan dia lebih santai menjalaninya. Dia tidak akan melakukan sesuatu kalau dia tidak yakin itu akan berhasil, sedangkan aku orang yang pantang menyerah. Hehe.

Karena hal itulah kami selalu saling “mengherankan” pasangan kami. Dia heran sama aku yang pintar berimajinasi (mengambil kalimatnya) sebelum kejadian itu terjadi. Aku heran dengan dia yang terlihat begitu santai padahal masalah ada didepan mata.
Aku suka berpikir dan mencoba mencari jalan keluar, dia tidak mau memikirkan sesuatu dan membiarkan jalan keluar itu datang. Huft, ini juga yang terkadang membuat kami tidak sepaham.


Ceroboh vs hati-hati

Aku malu mengatakannya. Aku memang sering sekali melakukan hal-hal yang konyol. Aku sering salah kirim sms. Beberapa orang sudah protes ke saya dan tidak terkecuali dia.terkadang, karena kesalahan ini, dia jadi tau semua hal tentang saya, begitu juga dengan orang yang salah kukirimi sms. Parah nih.

Dan dia, dia selalu berhati-hati melakukan segalanya, sehingga jarang sekali kami bisa menertawai kesalahan yang dia buat. Kalau kami bercerita, aku yang selalu jadi pemecah rekor berbuat salah dan dia bisa puas tertawai kekonyolanku.
Banyak kekonyolanku yang lainnya, tapi sebagai manusia, saya terlalu malas mengungkapkannya didepan publik. Untuk membicarakan kekonyolan dia, nanti saya akan dikejar sampai surga :D:D

Aku tidak tahu ini masuk dibagian yang mana. Aku sangat sering dengan mudahnya melupakan kesalahan seseorang dan mudah menghilangkan rasa marahku sehingga terkadang, berkali-kali aku menelan kekecewaan yang sama akibat perbuatan orang lain dan tidak pernah belajar dari itu. Sedangkan dia mau memaafkan tetapi susah untuk melupakan kesalahan orang tersebut. Jadi dia lebih sedikit merasakan perbuatan jahat yang sama dibanding aku. Itu yang selalu dia kasihani dari aku.


Romantis vs kaku

Saya romantis dan saya tidak malu mengakuinya. Hehe. Saya suka sekali menunjukkan rasa sayang saya kesemua orang terdekat. Saya suka bilang “I love u” ke orang tua dan suka memeluk kakak-kakak dan adik serta sepupu saya. Saya suka mengatakan betapa berharganya teman-teman saya dan saya suka sekali menunjukkan perasaan saya kepasangan. Entah cuma berupa kata-kata gombal (menurut kami, berkata gombal sama dengan romantis. Hehehe) ataupun dari perilaku yang aku tunjukkan.

Bagaimana dia? Dia tidak terlalu bisa menunjukkannya. Untuk memanggil aku dengan sebutan romantis di publik saja itu harus menunggu waktu 3 tahun menjalani hidup ini. Untuk dia, keromantisan bukan konsumsi publik. Dia mau hanya dia dan aku yang mengetahuinya.sedangkan aku menganggap, memanggil dia dengan sebutan yang istimewa menunjukkan aku menyayanginya. Siiiip, perbedaan ini hebat.


Kami belajar memaknai perbedaan yang kami miliki.
Dia telah sangat berusaha menerangkan padaku bahwa perbedaan itu bagus.
Dia mencontohkan mulai dari orang tuanya, kakaknya, temannya.
Dia sudah berusaha keras.
Aku juga berusaha meyakini.
Tetapi perbedaan itu yang kemudian membawa kami dititik akhir.


Ya, ya, ya. Perbedaan itulah yang kemudian membuat kami harus menyelesaikan kisah ini dan menutupnya untuk kesekian kali.
Dulu, kami masih mau mencoba dan mencoba lagi dan lagi.
Sekarang kami menyadari, perbedaan yang kami miliki benar-benar terlalu besar.
Itu bisa diibaratkan air dan minyak. Kalau disatukan, mereka akan tetap terlihat berpisah.
Dan itu menyakitkan untuk kami.


Maka dihari itu, perjuangan yang kami lakukan, kami akhiri dengan emosi.
Tidak ada lagi rasa ingin memiliki, tidak ada cinta, tidak ada maaf.
Yang kami punya hanya kemarahan dan rasa lelah yang sudah memuncak.


Aku dan dia tidak salah.
Kami mencoba melakukan segala cara dengan kemampuan maksimal yang kami miliki.
Kami telah mencoba seperti orang-orang yang sudah menjalaninya.
Tetapi kami tidak berhasil mendapat ramuan yang cocok untuk mensejajarkan langkah kami.
Kami kemudian tertawa, marah-marah, lalu tertawa dan berpisah.


Ini kemudian menjadi cerita akhir perjalanan kami dalam bekerja sama untuk cinta. Kisah ini diawali dari masih baiknya hubungan kami sampai aku dan dia menyadari putus itu lebih baik.
Kami melakukannya saat otak benar-benar sedang sehat. Kami sadar, ini tidak akan salah.
Tidak akan ada penyesalan dan tidak ada keinginan untuk kembali.
Yaaa, kecuali, lagi-lagi, Tuhan bercanda dan sedang melakukan praktek kerja soal cinta.
Aku akan menerimanya tanpa banyak tanya. Hahaha.


Hei, ga usah menangis, terharu dan menjadi ga enak karena jadi saksi melihat cerita akhirnya. Xixixixi.


Aku membagi ini untuk meracuni pikiran kalian, bahwa perbedaan yang terlalu banyak itu tidak baik..tidak usah dipaksakan. Hahahahahahahahaha.


Jadiiii, apakah anda berubah pikiran? :D :D :D :D

2 komentar:

  1. We just learn. There was a time for learning...

    Ya kan?? Someone is waiting for u.. Taking gains dari belajar kejadian sebelumnya..

    BalasHapus
  2. " Someone is waiting for u... "

    hmmmmmmm...who is that??

    :D:D

    BalasHapus