Oh hai.. Mari belajar...
Belajar tanganmu menggenggam tanganku, belajar mengerti apa yang ada diotakku, belajar menikmati bagaimana menjadi aku..
Kamu akan terkejut mengetaui tentang aku.
Kamu akan begitu menyukainya :)

Senin, 16 Agustus 2010

Baik, mari kita berbicara tentang Tuhan…

bagitu beratkah?
Tenang, kita tidak akan membahas perbedaan agama dan sebagainya atau menjelek-jelekan apapun.
Tulisan ini juga tidak akan menimbulkan perdebatan alot dikalangan masyarakat berilmu tinggi.


Ini Cuma tulisan ku mengenai Tuhan, tidak bermasuk menyamaratakan persepsi maupun menjatuhkan Tuhan siapapun.

Ini hanya tentang aku dan Tuhan, secara pribadi.

Aku dan Tuhan.
Hubungan kami tidak bisa dikatakan jauh, tidak juga bisa dikatakan dekat. Tidak, bukan Dia yang sombong, hanya aku saja yang suka keluar dari jalur.

Sebenarnya, nih yah, aku bingung pada orang-orang yang suka berkata “Tuhan itu adalah sahabatku, namun dia berbohong” aku bingung pada orang yang menyatakan “Tuhan satu-satunya yang kucintai, lalu kemudian dengan sengaja dia membuat seseorang terluka, baik dengan perkataan maupun perbuatannya”.


Tanya pada teman-temanku, aku bukanlah seorang religious.
Tidak, aku tidak bangga pada kalimat itu.
Sebenarnya aku juga pengen kuk terlihat sangat dekaaat pada Tuhan, sebab -selama aku memperhatikannya- orang yang dekat Tuhan dan benar-benar menjalankan perintaNYa terlihat begitu berkilau.
Saat bersama mereka terasa nyaman dan terang semuanya. Hehe.


Walaupun aku tidak seperti mereka –well, orang-orang yang berkilau karena dekat dengan Tuhan- aku tetap merasa aku layak dihadapan Tuhan.

Percaya diri sekali yah? Haha.
Yeah, aku tahu, hanya Tuhan yang bisa menentukan siapa yang Dia pilih, bukan aku, bukan kita.
Tapi entah mengapa aku merasa Tuhan sangat mencintai aku (kalian juga boleh berpendapat sama, aku tidak akan melarangnya. hehe).


Hubungan yang aku bangun dengan Tuhan pun terlihat berbeda.
Mungkin –kemungkinan besar, tanpa kita sadari- kita memberi batas pada Tuhan, mana yang boleh Dia sentuh dan wilayah mana yang kurang pas kalau Tuhan ada.
Waktu SMU akupun melakukan hal tersebut.


Hari berganti dan aku mulai menemukan posisi yang pas.
Aku menyukai keadaan dimana Tuhan menjadi sahabat, kekasih dan Bapa ku.


- Sabagai sahabat.

Aku memang kurang suka mengumbar kalimat “Tuhanlah sahabatku”.
Aku beranggapan sahabat-sahabatku dibumi adalah orang-orang yang Tuhan berikan kepadaku, mereka perpanjangan tangan Tuhan.
Namun, ada keadaan dimana sahabat-sahabat didunia tidak mampu membuatku tenang, baik saat aku sedih maupun bahagia.
Ada saat dimana yang mampu membuatku tertawa hanya Tuhan, ada saat dimana yang paling mengerti perasaanku adalah Tuhan, ada saat dimana aku malas curhat tentang perasaanku dan membiarkan Tuhan yang mengetahuinya.

Satu hal yang sering aku lakukan adalah aku sering mengajak Tuhan shopping dan pacaran.
Kalau aku mau membeli sebuah baju, aku akan berkata dalam hati “hei Tuhan, mana yang bagus? Merah atau biru ini?”
aku tidak tahu ini suara Tuhan atau memang suara yang keluar dari otakku sendiri, tapi sampai detik ini aku menganggap itu Tuhan
“yang merah terlalu seksi, tidak bagus. Jangan.”
Dan aku mengikutinya? Yeah, begitu sih, tapi seringnya tidak. Maap Tuhan.


Kalau soal pacaran, saat aku dekat dengan seorang cowok, aku akan bicara –lagi-lagi dalam hati dan doa- “Tuhan, si itu ganteng, baik, rajin belajar, saya suka”
lalu suara itu akan berkata “oke, saya list dulu” hehe.
Kemudian, pelan-pelan akan begitu banyak muncul tanda, baik yang positif maupun negatif.
Yah, harus saya akui disini, saya juga sering tidak memperdulikan tanda itu. Hiks.
intermezzo, jadi cowok-cowok, kalau kalian ingin dekat dengan saya, tolong minta ijin sama Tuhan dulu yah :D:D xixi


- Sebagai kekasih.

Ada kalanya aku merasa sendiri.
Serius nih, sering sekali aku sendiri. Hehe.
Lalu kemudian Tuhan mengambil tempat itu.
Saat aku mengerjakan skripsi, aku merasa Tuhan hadir disana.
Saat aku harus pulang jam 11 malam melewati stasiun UI sendirian, aku merasa disebelah kananku ada yang mengikutiku.
Sebenarnya banyak lagi cerita Tuhan menjadi kekasih untukku.
Tetapi, nanti saja aku ceritakan dilain waktu. Hehe.


- Sebagai Bapa.

Yah, Tuhan sering sekali aku tempatkan sebagai Bapaku.
Dia menjagaku seperti seorang ayah dibumi.
Kalau ada laki-laki yang tidak cocok untukku, sebagai Bapa dia akan mengingatkanku. Kalau aku kebingungan menyelesaikan suatu masalah, sebagai Bapa, dia akan menyelesaikannya.
Dia memelukku dan menghadirkan kesejahteraan disekitarku, persis seperti apa yang ayahku di bumi lakukan, bedanya Dia melakukan lebih dasyat dan tanpa ada batasnya.



Hubunganku dengan Tuhan sangat sederhana.
Aku sering sekali melakukan hal-hal yang tidak Dia sukai dan Dia selalu saja tidak menyerah menarikku untuk kembali ke jalur yang pas.
Aku bukanlah orang yang suci tetapi Dia tetap mengasihi aku.
Sejauh apapun aku ingin berpisah dari Tuhan, selalu Ia mendekatkan diri dan tidak lelah mengingatkanku tujuan yang harus kucapai.


Saat ini, aku malu mengatakan aku mengasihinya, karena berodasalah seseorang mengatakan mengasihi Tuhan lalu dia tetap saja dengan sengaja berbuat yang tidak disukai Tuhan.
Tetapi, yang bisa aku katakan, aku bersyukur sekali memiliki Tuhan dan sangat berharap Ia memilihku, terus dan selalu.
Thank Lord….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar